Friday, November 30, 2018

Bandar Judi Ayam - Cerita Sex ML Sama Temen Kampus Jilbab

Bandar Judi Ayam - Cerita Sex ML Sama Temen Kampus JilbabBerikut adalah cerita yang terjadi pada diriku sendiri yang baru saja terjadi. Akhir bulan yang lalu, tanggal 31 agustus 2017 merupakan awal dari cerita. Ada seorang perempuan usianya 22 tahun, dia berasal Makasar dan sekarang kuliah di Jakarta. Sebut saja namanya Intan. Aku kenal Intan karena kostan kita dekat. Sekitar bulan Mei dia minjem duit ke saya sebesar 500rb katanya sih buat bayar kost. Dia janji akan mengembalikan uangku nanti kalau udah gajian pada bulan Juni. Namun kenyataannya sampai bulan Juli uang itu belum juga dia kembalikan, dia malah seperti melupakan tanggung jawabnya buat bayar utang. Buat saya bukan masakah nominal uangnya tapi janjinya yang aku permasalahkan. tiap aku tagih selalu ada aja alesannya.


Bandar Judi Ayam - Sampai pada akhirnya aku menemuinya di kostnya karena kalau aku telp gak dia angkat, ku sms juga gak dibalas. Akhirnya aku dan Intan ketemu di tempat kostnya.
Singkat cerita diobrolan aku mau menagih utangnya tapi secara halus tapi lagi-lagi dia mangkir dengan seribu alasan.
Aku sampai ingin menyerah untuk menagihnya tapi aku akhirnya punya cara lain. Aku punya niatan untuk mengajak dia ML karena bodynya sangat seksi (meskipun dia berjilab) bisa dibilang gak kurus juga gak gemuk. Ukuran toketnya sih standart. Pantatnya juga sangat bohai. Pokoknya kalau sampai bisa ngentot dia pasti sangat puas sekali. Akhirnya aku putuskan untuk mendekatinya supaya dia bisa terjebak dengan permainanku.
Singkat cerita aku ajak dia makam dan kuajak ngobrol. Kucoba cari infiormasi kenapa dia kog kayaknya susah banget bayar hutang. Dan akhirnya dia pun ngomong jujur dengan malu-malu kalau uangnya sudah habis buat shopping. “Shopping aja bisa bayar utang gak bisa” kataku dalam hati. Kukira gak bayar hutang karena uang buat mencukupi kebutuhan hidup di Jakarta eee ternyata malah buat shopping. Maka solusi yang akan aku ambil dan kutawarkan sama dia juga untuk menyenangkan batinku yang haus akan kepuasan sex.
Diperjalanan saat pulang setelah makan, aku coba ngomong sama dia kalau aku punya solusi biar dia gak usah bayar hutang lagi dan malah akan aku tambahi lagi uangnya. Mendengar solusi yang kuatawarkan ke dia, dia hanya diam, dia gak bisa langsung menjawab karena dia punya pacar. Tapi aku coba menekan dia dengan ancaman kalau sampai gak bayar hutan akan kulaporkan ke polisi dengan Pasal 378 KUHP pada Bab XXV tentang Perbuatan Curang dan Penipuan / Wanprestasi. Intan pun langsung bingung. Dia pun meminta waktu 2 hari untuk memikirkannya.
Hingga pada akhirnya setelah 2 hari Intan pun memberi jawaban dan jawabnya dia mengiyakan tawaranku. “YES kataku dalam hati. Saat itu juga aku langsung memboooking penginapan langgananku di daerah yang dekat dengan tempat kostku. Tepat pukul 7 malam aku jemput Intan di kostnya, dia pergi secara sembunyi-sembunyi agar tak ketahuan sama pacarnya. Dan sekitar pukul 8 malam kami berdua telah sampai di penginapan dan langsung masuk ke dalam kamar.
Waktu itu Intan memakai kemeja panjang berwarna puting, celana semi jins berwarna biru tua dan jilbab biru muda sekilas penampilannya tak membuat aku nafsu. Tapi karena aku sudah kepalang pengen Ml sama Intan jadi aku tetap aja nafsu melihat dia dalam keadaan bagaimanapun. Di dalam kamar aku langsung merebahkan Intan diatas kasur dan kutindih badannya. Aku langsung menciumi bibirnya awalnya sih dia gak nggak merespon ciumannku. Setelah tanganku ikut bermain meremas toketnya lama-lama dia pun membalas ciuamnku meskipun dengan sedikit malu. Tanganku pun berpindah tempat mulai mengelus memeknya dari luar celananya.
Karena penasaran dengan isi BHnya, aku segera melepas kancing bajunya satu persatu terlihatlah BH berwarna hitam dengan gundukan daging kenyal putih mulus. Kulanjutkan dengan menarik ke bawah celana jinsnya + celan dalamnya, terlihatlah memek coklat muda yang ditumbuhi bulu tipis yang seakan menantang untuk segera dieksekusi. Tanpa mikir panjang aku segera menjilati seluruh bagian memeknya. Tubuhnya pun mengejang, kepalaku dijepitnya dengan kedua pahanya, desahan demi desahan pun keluar dari mulutnya. Nafasnya mulai tak beraturan.
Aku lalu menghentikan permainanku, segera aku melepaskan celanaku dan celana dalamku, terlihat dengan jelas kontolku yang menegang dengan kerasnya. Lalu aku mengambil posisi menindih Intan. Kumasukan batang kontolku perlahan ke dalam lubang memeknya. Meskipun sudah gak perawan tapi masih sempit mungkin dia jarang ML sama pacarnya yang sekarang. Intan menjerit pelan saat kepala kontolku masuk ke lubang memeknya. Dengan penetrasi yang lembut dan perlahan akhirnya seluruh batang kontolku masuk seluruhnya ke dalam memek Intan.
Intan memejamkan mata sambil merintih kesakitan saat aku mulai memaju mundurkan kontolku di dalam memeknya. Aku menyodokkan kontolku dengan irama yang lembut dan perlahan. Lama kelamaan Intanpun tak merintih kesakitan lagi. Dan irama genjotanku pun semakin kupercepat sambil tanganku melepas kait BHnya dan kemudian meramas toketnya dan memilin putingnya. Aku mencoba untuk menyedot putingnya. Tubuh Intan pun menggelinjang menahan nikmat.
Sekitar 20 menitan menggenjot memek Intan akhirnya aku sudah gak tahan ingin menyemprotkan spermaku. Karena keasyikan di dalam kehangatan memek Intan jadi pas keluara, seluruh spermaku kutumpahkan ke dalam memeknya. Huuuuuh rasanya sunggu luar biasa. Intan pun segera mendorong tubuhku hingga aku terbaring ditempat tidur kemudian dia berlari ke kamar mandi untuk mencuci memeknya.
Sejak saat itu tiap aku kepengin ML aku langsung menghubungi Intan (tentunya aku kasih dia uang biar buat shopping). Kita ML di penginapan langgananku. Dan sampai detik ini aku dan Intan masih sering ML.

Untuk Film Selengkapnya Klik Gambar Dibawah Ini :



Directed By :  www.289bet.com

Agen Sabung Ayam - Cerita Sex Cewek ABG Toge Maniak Nafsu

Agen Sabung Ayam - Cerita Sex Cewek ABG Toge Maniak NafsuSetelah pacarku pergi pindah kekota lain untuk bekerja, aku jadi sering merasa kesepian. Entah mengapa aku mempunyai nafsu yang sangat besar, dan setelah pacarku pergi aku hanya melampiaskan nafsuku dengan masturbasi menggunakan pisang muda, mentimun dan bahkan alat vibrator yang dulu dibeli oleh pacarku dan dikaishkan kepadaku karena pacarku tau kalau aku mempunyai nafsu Sex yang sangat besar.
Begini ceritanya, beberapa hari yang lalu, saat aku sedang sangat horny untuk melakukan hubungan seks, aku mencoba untuk melakukannya dengan vibrator yang telah aku miliki, namun pada saat aku sedang melakukan itu, aku merasa bosan dengan apa yang sedang aku lakukan pada saat itu, sehingga aku putuskan untuk menghentikannya.


Agen Sabung Ayam - Sejenak aku berpikir, apa yang harus aku lakukan. Entah berapa lama aku berpikir, tiba-tiba muncul ide untuk menelpon Robby (teman setanah air), dan aku mengatakan pada dia bahwa aku sedang horny. Pembaca, aku berani mengatakan ini pada Robby sebab selain penisnya cukup besar dan diapun cukup hebat dalam berhubungan seks, aku dan dia sepakat bahwa kami saling mengisi layaknya suami istri, kesepakatan ini kami sepakati sejak hubungan seks kami yang pertama kali, entah kapan aku tidak ingat dengan pasti. Aku dan Robby telah beberapa kali melakukan hubungan seks.
Kami tidak memiliki komitmen apapun, maksudnya, Robby tetap hidup bebas dan aku pun tetap hidup bebas, kami tidak berkomitmen bahwa kami berstatus pacaran. Singkat cerita, akhirnya Robby datang ke flat aku, waktu itu pukul 17:45 menit, ia lebih cepat 15 menit dari janjinya sendiri. Pada saat dia datang, dia masuk begitu saja seperti yang biasa dia lakukan. Dia langsung duduk di sofa dsn menonton TV yang sudah aku nyalakan sebelumnya. Setelah menutup pintu dan mengambil dua red wine glasses serta satu botol red wine Aussie (Souvinon ’97) yang isinya kurang lebih setengah, aku duduk di samping Robby.
Robby begitu dingin, tidak seperti biasanya, kami sempat saling berdiam dengan seribu bahasa, hingga akhirnya dia mulai membuka pembicaraan dan mengatakan pada aku bahwa sesungguhnya dia sedang malas untuk melakukan hubungan seks. Aku katakan sekali lagi sama dia bahwa aku sedang horny dan aku benar-benar ingin berhubungan seks sambil merangkulnya dan mengesun pipi kirinya.
“Mond, sorry ya kalo kamu sedang ngga horny tetapi aku sekarang bener-bener lagi pengeenn.. dech” kata aku pada dia. “Tolong ya, pleasee..” lanjut aku.
Tanpa dikomando olehnya, aku beranjak dari tempat duduk, lalu menyalakan video VHS aku untuk menayangkan blue film. Entah berapa lama, dia tetap pada sikapnya, dia bersikap begitu dingin, dia hanya mengubah tempat duduknya dan sesekali menuang red wine, lalu menuangnya pada gelasnya dan meminumnya beberapa teguk. Hingga pada akhirnya, nafsu seks aku sendiri semakin menggebu-gebu dengan ditambahnya visualisasi yang ditampilkan pada TV aku sendiri. Aku memperhatikan Robby, aku lihat wajahnya, aku lihat sorot matanya, dan aku pun melihat kemaluannya yang masih terbungkus dengan blue jeans. Tampaknya dia mulai terangsang dengan apa yang sedang dia lihat, terlihat dari penisnya yang mulai mengeras dan rasanya mau keluar dari celana jeansnya itu.
Semakin dahsyatnya nafsu aku hingga akhirnya aku pun memulai untuk melakukan hubungan seks dengannya. Pertama-tama aku sun dengan lembut pipi kirinya dan aku raba penisnya, aku elus, dan sesekali sedikit aku remas. Aku tidak lama melakukan hal itu, sebab Robby membalasnya dengan membuka celana jeansnya, lalu membuka resletingnya. Aku tahu apa yang dia inginkan. Aku pun membantunya untuk membukakan jeans itu sebab Robby agak sulit dengan posisinya sambil duduk, aku bantu menurunkan celana jeans serta celana dalamnya yang berwarna coklat Setelah dia menanggalkan celananya, aku langsung berjongkok di depannya lalu aku pun langsung menggenggam penisnya dan langsung aku jilat, kulum serta kocok dengan lembut.
Sungguh aku sudah tidak bisa menahan gejolak yang ada di dalam diri aku, aku benar-benar menikmati apa yang sedang aku lakukan, aku benar-benar bisa ikut merasakan seperti yang sedang dirasakan oleh Robby. Aku kulum penisnya, sesekali aku jilat pada ujungnya sedangkan tangan kanan aku, menaik-turunkan kulit penisnya dengan lembut, aku pun sesekali memasukkan salah satu jari aku pada lubang duburnya. Sambil aku kulum, sesekali aku lihat wajahnya, dia tampak menikmati kuluman serta hisapan aku. Dia memejamkan mata dan sesekali mendesah pelan.
Dia sesekali memegang kepala aku sambil mendesah kenikmatan. Dia sesekali melihat apa yang sedang aku lakukan sambil berusaha menjamah payudara aku yang masih terbungkus dengan pakaian aku dan bra di dalamnya. Dia pun tampak sesekali bergetar. Sungguh aku tidak peduli dengan apa yang dia lakukan, aku senang dengan reaksinya atas apa yang aku lakukan terhadap dia. Beberapa kali aku merasakan rasa asin dari beberapa hisapan aku, hingga akhirnya penis yang sedang aku kulum itu sangat keras dan berada pada posisi puncaknya. Aku tersenyum melihat apa yang aku lihat, sebab metode yang baru dan sedang aku lakukan membuahkan hasil.
Entah berapa lama aku mengulum penisnya, dan akhirnya aku pun menyudahinya. Aku berdiri dan melepaskan semua pakaian yang ada di tubuh aku, Robby pun membuka kemejanya yang bercorak kotak-kotak, lalu duduk kembali pada posisinya semula. Tampak payudara aku dan kulit aku yang putih serta bulu yang tumbuh halus di daerah atas kemaluan aku. Untuk pembaca ketahui, aku memiliki ukuran 34B-28-38 dengan postur tinggi 169-170 cm. Setelah aku melepas semua pakaian aku, aku lalu berdiri di atas sofa, aku arahkan kemaluan aku pada wajah Robby.
Rasanya Roymond tahu apa yang aku inginkan, dia pun langsung memegang kemaluan aku dengan tangan kirinya, lalu aku angkat kaki kiri aku hingga akhirnya kemaluan aku tepat berada di depan wajah Robby. Dia hisap, dia jilat dan dia mainkan klitoris aku, juga dimasukkannya salah satu jarinya pada vagina aku. Aku begitu menikmati permainan Robby dengan sesekali mendesah. Sungguh hebat permainan tangan dan lidahnya pada kemaluan aku hingga aku pun mengoyang goyangkan kecil pinggul aku ke kiri dan ke kanan.
Aku pun tidak tahu persis berapa lama aku melakukan hal ini, hingga akhirnya aku mengangkat tubuh aku hingga menjauhkan kemaluan aku pada wajah Robby. Aku pun menarik Robby untuk berdiri, dan aku turun dari sofa yang barusan aku naiki. Sambil berpaling, membelakangi Robby, aku menarik tangannya menuju salah satu sudut flat aku yang ada jendelanya dan telah aku buka sedikit jendela tersebut.
Setelah membelakangi tubuh Robby sehingga aku menghadap keluar, namun aku tetap memegang penisnya, aku arahkan penis itu pada vagina aku, sedang tangan kanan aku memegang salah satu bagian dari jendela. Ooh.. rasanya sulit diungkapkan dengan kata-kata pada saat senjata itu masuk dalam liang surga aku, aku begitu bergejolak, nafsu seks aku semakin memburu, nafas dan detak jantung aku sudah tidak beraturan.
Aku maju mundurkan pantat aku dengan sesekali menggoyangkan ke kiri atau ke kanan atau memutar-mutar kecil pinggul aku, demikian pula yang dilakukan oleh Robby, dia maju mundurkan kemaluannya sehingga terdengar suara dari gesekan antara pantat aku dengan daerah perutnya Sungguh, sekali lagi aku katakan bahwa aku benar-benar menikmati apa yang sedang aku lakukan, aku benar-benar menikmati hubungan seks yang sedang terjadi pada aku saat itu.
Beberapa kali aku dan Robby mendesah karena tidak dapat menahan rasa nikmat yang kami rasakan dari hubungan seks ini. Sesekali Robby berusaha untuk meremas payudara aku yang menggantung ke bawah dan memilin dengan lembut puting aku, dia pun sesekali memasukkan salah satu jarinya pada lubang anus aku.
Ngilu rasanya pada saat ia melakukan ini, tetapi rasa ngilu itu tetap tidak dapat menghilangkan rasa nikmat yang aku rasakan dari vagina aku. Perasaan nikmat yang menjalar pada seluruh tubuh aku makin lama makin memuncak. Aku menikmati setiap dorongan senjata Robby pada lubang surga aku, aku pun menikmati setiap tarikan seolah ingin mengeluarkan kejantanan itu dari milik aku. Rasa nikmat aku akhirnya mencapai puncak, dan aku sudah tidak dapat menahan semua itu hingga aku katakan pada Robby bahwa aku ingin orgasme. Ketika aku mengatakan bahwa aku orgasme, Robby pun menarik tubuh aku sehingga wajah kami begitu dekat, lalu dia mencium bibir bagian luar aku.
Aku pun menekan dalam-dalam vagina aku hingga menelan semua batang kejantanannya. Sungguh rasa nikmat yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata apa yang sedang aku alami saat itu. Semua syaraf yang ada di tubuh aku beberapa detik lamanya menegang bersamaan dengan lendir yang menyembur dari klitoris aku. Beberapa detik aku diam berdiri pada posisi aku hingga akhirnya aku kembali pada posisi aku semula memegang salah satu sudut jendela sedangkan Robby melanjutkan untuk memompa penisnya di dalam lubang nikmat aku.
Pada saat-saat pertama setelah aku orgasme, aku merasa lemas namun aku tetap melakukan hubungan seks, dia tetap mengeluar-masukkan penisnya dalam vagina aku. Aku merasa hampa dan lemas. Pada saat itulah aku hanya berdiam diri dan merasakan dorongan-dorongan yang dilakukan oleh Robby, aku tidak lagi memutar-mutar pinggul aku ataupun ikut memaju-mundurkan pantat aku.
Akhirnya aku pun memegang batang kejantanan Robby, lalu melepaskannya dari dalam vagina aku, aku ingin mengulum dan menghisap penisnya agar aku dapat membangkitkan nafsu seks aku lagi. Aku pun berbalik badan, lalu aku berjongkok hingga akhirnya penisnya itu tepat di depan wajah aku. Aku kulum penis itu, aku hisap dan aku jilat juga pada daerah ujung penis Robby, masih terasa lendir aku pada penis Robby, namun aku tidak peduli, aku tetap hisap, kulum dan kocok penis itu. Mungkin terlalu bernafsunya aku untuk membangkitkan nafsu seks kembali lagi, hingga akhirnya tanpa terasa sudah berapa lama aku melakukan itu.
Roymond mengatakan bahwa dia ingin klimaks. Mendengar itu, aku langsung berdiri dan menyuruhnya untuk tiduran di karpet, sedangkan aku akan berada di atasnya. Aku pegang penisnya lalu memasukkan ke dalam liang nikmat aku dengan posisi aku tetap membelakangi Robby, aku menaik-turunkan badan aku. Mula-mula pelan-pelan namun makin lama makin cepat hingga payudara aku yang agak besar ini bergoyang-goyang secepat seperti yang aku lakukan. Semakin cepat aku menaik-turunkan tubuh aku hingga makin cepat pula gerakan penis itu keluar masuk dalam vagina aku dan akhirnya Robby mengatakan lagi pada aku bahwa dia ingin keluar.
Pertama-tama aku tidak terlalu peduli hingga akhirnya Robby mengatakannya dengan agak teriak bahwa dia sudah tidak tahan lagi. Cepat-cepat aku ambil posisi untuk dapat mengulum penis Robby, memang benar, dalam hitungan detik setelah beberapa kali aku sempat mengulumnya, Robby menyemburkan beberapa kali spermanya hingga beberapa diantaranya mengenai pipi dan sekitar bibir aku.
Aku tetap mengulumnya, aku telan semua sperma Robby hingga bersih dan aku jilat beberapa kali pula lubang yang ada di ujung penisnya. Beberapa kali tubuh Robby bergetar atas perlakuan aku. Dan kami pun akhirnya membasuh tubuh kami di dalam kamar mandi. Aku sempat membilas beberapa kali tubuh aku dengan air. Keluar dari kamar mandi, kami pun berpakaian kembali.
Kami duduk di sofa semula dan menikmati red wine yang ada di gelas kami masing-masing. Aku memeluk manja Robby, kalau aku perhatikan, dia adalah pria yang tidak bisa dinilai jelek, baik itu wajahnya juga bentuk tubuhnya. Mungkin banyak cewek yang tergila-gila sama dia andai dia tinggal di Indonesia.

Untuk Film Selengkapnya Klik Gambar Dibawah Ini :



Directed By :  www.289bet.com

Agen Judi Ayam - Cerita Sex Perawanku Direnggut Pacarku

Agen Judi Ayam - Cerita Sex Perawanku Direnggut PacarkuSebelumnya perkenalkan, namaku Maya… pertama kali aku mengenal cinta, dunia ini menjadi terasa indah bagiku. Hanya sayangnya cinta pertamaku ini jatuh tidak pada orang yang tepat. Dia seorang pria beristri dan berkeluarga. Jadilah cinta kami berjalan sembunyi-bunyi. Aku mengenal pria tersebut ketika datang pada acara ulang tahun temenku. Dia saat itu menjadi event organizer acara tersebut.
Pertama melihatnya aku sudah jatuh hati padanya. Selain dia pria yang ganteng badannya juga atletis, siapapun cewek pasti akan jatuh hati kepadanya.


Agen Judi Ayam - “Maya, ini Dian, dia yang nyelenggaraan pesta ini, asik kan pestanya. Kamu nemenin Dian ngobrol ya”. Temanku itu tau kalo aku suka dengan pria yang umurnya jauh lebih tua dari aku.Kami jadi asik ngobrol ngalor ngidul. Dia sangat humoris sehingga aku selalu terpingkal-pingkal mendengar guyonannya. Makin lama guyonannya makin mengarah yang vulgar, aku sih ok aja. Ketika acara makan, dia menemani aku menikmati hidangan yang tersedia. Ketika acara dansa, dia mengajak aku turun, ketika itu lagunya slow. Aku larut dalam dekapannya yang sangat mesra. Dia berbisik:
“Maya, kamu cantik sekali, kamu yang paling cantik dari semua prempuan yang dateng ke pesta ini. Aku suka kamu Maya”. “Dian kan dah punya keluarga, masak sih suka ma abg kaya aku”.
“Justru karena kamu masih abg, kecantikan kamu masih sangat alami,
bukan polesan make up yang tebal”.
Memang sih dandananku biasa saja, tanpa make up yang tebal. Perempuan mana sih yang gak suka dipuji lelaki yang kebetulan dikaguminya. Ketika pulang dia mengantarkan aku pulang, sebelum aku turun dari mobil, pipiku dikecupnya,
“Kapan-kapan kita ketemuan lagi ya Maya, ni nomer hpku”. Kami bertukaran nomer hp.
Sejak pertemuan pertama itu, kami sering jumpa di mal, di bioskop atau ditempat fitnes.
Cerita Sex – Keperawanku Direnggut Suami Orang | Karena dia tau aku suka fitnes, makanya diapun mendaftar menjadi member ditempat aku biasa fitnes. Karena sering ketemu, hubungan kami makin lama makin akrab. Dia adalah lelaki pertama yang mencium bibirku. Itu kejadiannya ketika kami sedang dibioskop. Karena bukan weekend, jumlah penontonnya sedikit, sehingga dia milih tempat duduk yang jauh dari penonton lain. Dia berbisik:
“Maya, aku sayang banget ma kamu. Kamu?’
“Aku juga sayang ma Dian, sayangnya ma dah keluarga ya”.
“Kita jalani aja dulu Maya, gak apa kan kalo backstreet kaya gini. Pokoknya aku akan berusaha untuk ketemu kamu sesering mungkin, sayang”. Dia meluncurkan rayuan mutnya, sehingga aku makin berbung-bunga.
“Maya..”, panggilnya lagi. aku menoleh karahnya.
Karena duduk kami berdempetan, dia langusng merangkul pundaknya dan mendekatkan bibirnya ke bibirku. aku memejamkan mataku, terasa lembut sekali bibirnya menyentuh bibirku, kemudian terasa bibirnya mulai mengisap bibirku. aku pasrah ketika dia cukup lama mengecup bibirku.
“Dian”, desahku ketika dia melepas bibirnya, seakan aku gak rela dia melepaskan bibirku.
Diapun mengecup bibirku lagi, kali ini lebih lama lagi. Demikianlah sepanjang film itu kami tidak menikmati filmnya tetapi aku menikmati bagaimana bibirnya mengulum-ngulu bibirku.
“Dian, aku sayang sekali ma Dian, aku mau jadi pacar Dian”.
Sejak kejadian dibioskop itu, kami menjadi rutin berciuman kalo ketemu, paling tidak kami melakukannya sebentar di mobil sebelum mobil jalan atau sebelum aku turun didepan rumahku. Temenku mengingatkan aku agar jangan terlalu larut dalam berhubungan dengan Dian, karena dia dah berkeluarga.
“Nanti kamu yang nyesel lo kalo dia harus mutusin hubungan kamu dengan dia”. Tapi aku tidak mengindahkan himbauan temanku. Aku seakan buta tertutup cinta yang makin lama makin berkobar-kobar.
Sampai suatu weekend, dia mengajakku ke satu vila diluar kota, katanya dia mau survei tempat itu karena akan diadakan perhelatan disana.
“Temenin aku yuk, mumpung bisa keluar kota ma kamu. Mau ya sayang”. Karena aku dah lama pengen berdua dia seharian, aku turuti saja ajakannya.
Ke ortu, aku pamit mo jalan ma temen2 ke vila mereka. Aku seneng sekali ketika dah duduk disebelahnya dalam mobilnya. Mobilnya meluncur arah luar kota. Saat itu aku mengenakan celana ketat dari kain yang cukup tipis berwarna putih sehingga bentuk bokongku yang bulat padat begitu kentara, dan bahkan saking ketatnya CDku sampai kelihatan sekali berbentuk segitiga.
Atasannya aku mengenakan baju kaos putih ketat dan polos sehingga bentuk toketku yang membulat terlihat jelas, kaosku yang cukup tipis membuat braku yang berwarna putih terpampang jelas sekali.
“Maya, kamu seksi sekali deh pake pakean kaya gitu”.
“Dian suka kan”. “Suka banget, palagi kalo amu gak pake baju Maya”.
“Ih Dian, mulai deh genit, aku turun disini aja deh”, aku pura-pura merajuk, padahal dalam hati seneng sekali mendengar pujiannya.
“Ya udah turun aja he he”, tertawanya berderai ketika dia mengatakan hal itu, tetpi mobil tetap melaju kencang. “Katanya disuruh turun, kok gak minggir”.
“Loncat aja kalo berani”.
“Dian, iih”, kataku sambil mencubit pinggangnya, mesra.
Dia menggeliat kegelian,
“Jangan diklitikin dong, nanti nabrak lo”.
“abis Dian sih mulai duluan”. Sepanjang jalan kami bercanda rian, sesekali tangannya gantian menggelitiki pinggangku, sehingga aku menggelinjang.
Kadang tangannya mendarat di pahaku dan mengelus2nya sampe kedeket pangkal pahaku. aku menjadi merinding karena rabaannya. Maklum deh dia pria pertama yang melakukan hal ini.
“Maas”, aku hanya melenguh ketika pahaku dielus-elus begitu.
Karena aku tidak menolak, maka dia meneruskan elusannya dipahaku. aku menjadi gelisah, dudukku gak bisa diam, ada rasa geli bercampur nikmat dan aku merasa pengen kencing.
“Dian maih jauh ya”.
“Napa Maya”.
“aku pengen pipis”.
“Bentar lagi juga sampe. Itu bukan pengen pipis biasa Maya”.
“abis apaan?”
“Pasti kamu terangsang ya karena aku ngelus2 paha kamu”.
“Ih”, kucubit lagi pinggangnya.
Cerita Sex – Keperawanku Direnggut Suami Orang | Mobilnya sudah masuk ke satu vila. Ada seorang bapak-bapak yang menyambut di gerbang vila. Dia orang yang ditugaskan pemilik vila untuk menunggui vila itu. Aku keluar dari mobil, ikut dengan dia melihat lokasi. Vilanya tidak terlalu besar tetapi halamannya luas. Dia mulai mengeluarkan catatannya, mengukur sana mengukur sini, mencoret2 di buku catatannya. Kadang dia menanyakan pendapatku tentang satu hal. Aku menjawab setauku saja.
“Setelah selesai, dia berkata kepada si bapak,
“Pak kami mo menginap di vila ini”.
“Iya, yang punya dah kasi tau bapak, ya silahkan saja pak. sudah saya sediakan makanan secukupnya di lemari es, kalo mo makan ya silahkan dihangatkan dulu. soalnya bapak mo pulang”. Si bapak meninggalkan kami berdua.
“Maya, kita honimun ya”, katanya sambil tersenyum.
aku jadi berdebar2membayangkan apa yang aka dilakukannya padaku. Aku sering mendengar cerita teman2ku ang sudah pernah berhubungan sex dengan cowo2nya, mendengar betapa nikmatnya kalo memek kemasukan kontol. Aku jadi merinding sendiri, aku pengen juga mengalami kenikmatan itu.
Aku menghempaskan pantatku di sofa, dia menyusulku segera dan duduk rapat di sampingku,
“Maya sayang” katanya sambil menggenggam erat dan mesra kedua belah tanganku.
Selesai berkata begitu dia mendekatkan mukanya ke wajahku, dengan cepat dia mengecup bibirku dengan lembut. Hidung kami bersentuhan lembut. Dia mengulum bibir bawahku, disedot sedikit. Lima detik kemudian, dia melepaskan kecupan bibirnya dari bibirku. Aku saat kukecup tadi memejamkan mata,
“Aku pengen melakukan itu ma kamu, sayang. Kamu bersediakah?”, rayunya lebih lanjut.
Dia berusaha mengecup bibirku lagi, namun dengan cepat aku melepaskan tangan kananku dari remasannya, dadanya kutahan dengan lembut.
“Diann” bisikku lirih. “Maya sayang, mau ya”, rayunya lagi.
“Tapi Diann, aku takut Dian”, jawabku.
“Takut apa sayang, katakanlah”, bisiknya kembali sambil meraih tanganku.
“Aku takut Dian nanti meninggalkan aku”, bisikku.
Dia menggenggam kuat kedua tanganku lalu secepat kilat dia mengecup bibirku.
“Maya sayangku, aku terus terang tidak bisa menjanjikan apa-apa sama kamu tapi percayalah aku akan membuktikannya kepadamu, aku akan selalu sayang sama kamu”, bujuknya untuk lebih meyakinkanku.
“Tapi Dian” bisikku masih ragu.
“Maya, percayalah, apa aku perlu bersumpah sayang, kita memang masih baru beberapa bulan kenal sayang, tapi percayalah, yakinlah sayang, kalau Tuhan menghendaki kita pasti selalu bersama sayang”, rayunya lagi.
“Lalu kalau aku sampai hamil gimana Diann?” ujarku sembari menatapnya.
”Aah, jangan khawatir sayang, aku akan bertanggung jawab semuanya kalau kamu sampai hamil, bagaimana sayang?” bisiknya.
Rasioku sudah tidak jalan dengan baik, tertutup oleh rayuan mautnya dan rasa ingin merasakan kenikmatan yang makin menggebu.
Tangannya bergerak semakin berani, yang tadinya hanya meremas jemari tangan kini mulai meraba ke atas menelusuri dari pergelangan tangan terus ke lengan sampai ke bahu lalu diremasnya dengan lembut. Dia memandangi toketku dari balik baju kaosku yang ketat,
“Dian harus janji dulu sebelum…” aku tak melanjutkan ucapanku.
“Sebelum apa sayang, katakanlah”, bisiknya tak sabar.
Kini jemari tangan kanannya mulai semakin nekat menggerayangi pinggulku, ketika jemarinya merayap ke belakang diusapnya belahan pantatku lalu diremasnya dengan gemas.
“aahh… Dian”, aku merintih pelan.
“Dian aah Diannn.. aku rela menyerahkan semuanya asal Dian mau bertanggung jawab nantinya”, aku berbisik semakin lemah, saat itu jemari tangan kanannya bergerak semakin menggila, menelusup ke pangkal pahaku, dan mulai mengelus gundukan bukit memekku.
Diusapnya perlahan dari balik celanaku yang amat ketat, dua detik kemudian dia memaksa masuk jemari tangannya di selangkanganku dan bukit memekku itu telah berada dalam genggaman tangannya. Aku menggelinjang kecil, saat jemari tangannya mulai meremas perlahan. Dia mendekatkan mulutnya kembali ke bibirku hendak mencium, namun aku menahan dadanya dengan tangan kananku,
“eeehh Dian..berjanjilah dulu Dian”, bisikku di antara desahan nafasnya yang mulai sedikit memburu.
“Oooh Maya sayang, aku berjanji untuk bertanggung jawab, aahh aku menginginkan keperawananmu sayang”, ucapnya.
Sementara jemari tangannya yang sedang berada di sela-sela selangkangan pahaku itu meremas gundukan memekku lagi.
“Ba.. baiklah Dian, aku percaya sama Dian”, bisikku.
“Jadi?” tanyanya.
“hh. lakukanlah Diann, aku milik Dian seutuhnya.. hh..” jawabku.
“Benarkah? ooh..Maya sayanggg.” Secepat kilat bibirku kembali dikecup dan dikulumnya, digigit lembut, disedot.
Hidung kami bersentuhan lembut. Dengus nafasku terdengar memburu saat dia mengecup dan mengulum bibirku cukup lama.
DIa mempermainkan lidahnya di dalam mulutku, aku mulai berani membalas cumbuannya dengan menggigit lembut dan mengulum lidahnya dengan bibirku. Lidah kami bersentuhan, lalu dia mengecup dan mengulum bibir atas dan bawahku secara bergantian. Terdengar suara kecapan-kecapan kecil saat bibir kami saling mengecup. “aah Maya sayang, kamu pintar sekali, kamu pernah punya pacar yaach?” tanyanya curiga.
“Mm aku belum pernah punya pacar Dian, kan Dian yang selama ini ngajari aku ciuman”, sahutku.
“Wah kamu belajarnya cepat seklai ya, jangan-jangan kamu sering nonton film porno yaa?” godanya.
Aku tersenyum malu, dan wajahku pun tiba-tiba bersemu merah, aku menundukkan mukaku, malu.
“I…iya Dian, beberapa kali”, sahutku terus terang sambil tetap menundukkan muka.
“Maya sayang, kamu nggak kecewa khan karena aku benar-benar sangat menginginkan keperawananmu sayang?” tanyanya. “Aku serahkan apa yang bisa aku persembahkan buat Dian, aku ikhlas, lakukanlah Dian kalau Dian benar-benar menginginkannya”, sahutku lirih.
Jemari tangan kanannya yang masih berada di selangkanganku mulai bergerak menekan ke gundukan memekku yang masih perawan, lalu diusap-usap ke atas dan ke bawah dengan gemas. Aku memekik kecil dan mengeluh lirih, kupejamkan mataku rapat-rapat, sementara wajahku nampak sedikit berkeringat. Dia meraih kepalaku dalam pelukannya dengan tangan kiri dan dia mencium rambutku.
“Oooh Diannn”, bisikku lirih.
“Enaak sayang diusap-usap begini”, tanyanya.
“hh… iiyyaa Diann”, bisikku polos.
Jemarinya kini bukan cuma mengusap tapi mulai meremas bukit memekku dengan sangat gemas.
“sakit Dian aawww” aku memekik kecil dan pinggulku menggelinjang keras.
Kedua pahaku yang tadi menjepit pergelangan tangan kanannya kurenggangkan. Dia mengangkat wajah dan daguku kearahnya, sambil merengkuh tubuhku agar lebih merapat ke badannya lalu kembali dia mengecup dan mencumbu bibirku dengan bernafsu.
Puas mengusap-usap bukit memekku, kini jemari tangan kanannya bergerak merayap ke atas, mulai dari pangkal paha terus ke atas menelusuri pinggang sampai ujung jemarinya berada di bagian bawah toketku yang sebelah kiri. Dia mengelus perlahan di situ lalu mulai mendaki perlahan, akhirnya jemari tangannya seketika meremas kuat toketku dengan gemasnya. Seketika itu pula aku melepaskan bibirku dari kuluman bibirnya, “aawww… Dian sakitt, jangan keras-keras dong meremasnya”, protesku. Kini secara bergantian jemari tangannya meremas kedua toketku dengan lebih lembut. Aku menatapnya dan membiarkan tangannya menjamah dan meremas-remas kedua toketku.
“Auuggghh..” tiba-tiba dia menjerit lumayan keras dan meloncat berdiri. Aku yang tadinya sedang menikmati remasan pada toketku jadi ikutan kaget.
“Eeehh kenapa Dian?”
“Aahh anu sayang… kontolku sakit nih”, sahutnya sambil buru-buru membuka celana panjangnya di hadapanku.
Aku tak menyangka dia berbuat demikian hanya memandangnya dengan terbelalak kaget. Dia membuka sekalian CDku dan “Tooiiing”, kontolnya yang sudah tegang itu langsung mencuat dan mengacung keluar mengangguk-anggukan kepalanya naik turun .
“aawww… Dian jorok”, aku menjerit kecil sambil memalingkan mukaku ke samping dan menutup mukaku dengan tangan. “He…he…” dia terkekeh geli, batang kontolnya sudah kelihatan tegang berat, urat-urat di
permukaan kontolnya sampai menonjol keluar semua.
Batang kontolnya bentuknya montok, berurat, dan besar. Sementara aku masih menutup muka tanpa bersuara, dia mengocok kontolnya dengan tangan kanannya,
“Uuuaahh…nikmatnya”.
“Maya sebentar yaa… aku mau cuci kontolku dulu yaa… bau nih soalnya”, katanya sambil ngibrit ke belakang, kontolnya yang sedang “ON” tegang itu jadi terpontang-panting sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ke sana ke mari ketika dia berlari.
Aku masih terduduk di atas sofa dan begitu melihatnya keluar berlari tanpa pakai celana jadi terkejut lagi melihat kontolnya yang sedang tegang bergerak manggut-manggut naik turun. “aawww…” teriakku kembali sembari menutup mukaku dengan kedua jemari tanganku.
“Iiihh… Maya… takut apa sih, kok mukanya ditutup begitu”, tanyanya geli.
“Itu Dian, kontol Dian”, sahutku lirih.
“Lhoo… katanya sudah sering nonton BF kok masih takut, kamu kan pasti sudah lihat di film itu kalau kontol cowok itu bentuknya gini”, sahutnya geli.
“Iya…m..Dian, tapi kontol Dian mm besar sekalii”, sahutku masih sambil menutup muka.
“Yaach… ini sih kecil dibanding di film nggak ada apa-apanya, itu khan film barat, kontol mereka jauh lebih gueedhee… kalau kontolku kan ukuran orang Indonesia sayang, ayo sini dong kontolku kamu pegang sayang, ini kan milik kamu juga”, sahutnya nakal.
“Iiih… malu aah Dian, jorok.”
“Alaa.. malu-malu sih sayang, aku yang telanjang saja nggak malu sama kamu, masa kamu yang masih pakaian lengkap malu, ayo dong sayang kontol Dian dipegang biar kamu bisa merasakan milik kamu sendiri”, sahutnya sembari meraih kedua tanganku yang masih menutupi mukaku. pada mulanya aku menolak sambil memalingkan wajahku ke samping, namun setelah dirayu-rayu akhirnya aku mau juga.
kedua tanganku dibimbingnya ke arah selangkangannya, namun kedua mataku masih kupejamkan rapat. Jemari kedua tanganku mulai menyentuh kepala kontolnya yang sedang ngaceng. Mulanya jemari tanganku hendak kutarik lagi saat menyentuh kontolnya yang ngaceng namun karena dia memegang kedua tanganku dengan kuat, dan memaksanya untuk memegang kontolnya itu, akhirnya aku hanya menurut saja.
Pertama kali aku hanya mau memegang dengan kedua jemarinya. “Aah… terus sayang pegang erat dengan kedua tanganmu”, rayunya penuh nafsu.
“Iiih… keras sekali Dian”, bisikku sambil tetap memejamkan mata.
“Iya sayang, itu tandanya aku sedang ngaceng sayang, ayo dong digenggam dengan kedua tanganmu, aahh…” dia mengerang nikmat saat tiba-tiba saja aku bukannya menggenggam tapi malah meremas kuat.
Aku terpekik kaget, “Iiih sakit Diann…” tanyaku.
Aku menatapnya gugup.
“Ooouhh jangan dilepas sayang, remas seperti tadi lekas sayang oohh…” erangnya lirih.
Aku yang semula agak gugup, menjadi mengerti lalu jemari kedua tanganku yang tadi sedikit merenggang kini bergerak dan meremas kontolnya seperti tadi. Dia melenguh nikmat. Aku kini sudah berani menatap kontolnya yang kini sedang kuremas, jemari kedua tanganku itu secara bergantian meremas batang dan kepala kontolnya. Jemari kiri berada di atas kepala kontolnya sedang jemari yang kanan meremas kontolnya. .dia hanya bisa melenguh panjang pendek.
“.sshh…Maya… terusss sayang, yaahh… ohh…ssshh”, lenguhnya keenakan.
Cerita Mesum Perawanku Direnggut Pacarku – Aku memandangnya sambil tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah itu kugenggam dan kuremas seperti semula tetapi kemudian aku mulai memompa dan mengocok kontolnya itu maju mundur.
“Aakkkhh… ssshh” dia menggelinjang menahan nikmat.
Aku semakin bersemangat melihatnya merasakan kenikmatan, kedua tanganku bergerak makin cepat maju mundur mengocok kontolnya. Dia semakin tak terkendali,
“Maya… aahhgghh… sshh…awas pejuku mau keluarr” teriaknya keras.
aku meloncat berdiri begitu dia mengatakan kalimat itu, aku melepaskan remasan tanganku dan berdiri ke sebelahnya, sementara pandangan mataku tetap ke arah kontolnya yang baru kukocok.
“Kamu kok lari sih…” bisiknya lirih disisiku.
“Tadi katanya pejunya mau keluar Diann… kok nggak jadi?” tanyaku polos.
Rupanya dia gak mau ngecret karena aku kocok makanya dia bilang pejunya mau keluar.
Dia meraih tubuhku yang berada di sampingnya dan dipeluknya dengan gemas, aku menggelinjang saat dia merapatkan badannya ke tubuhku sehingga toketku yang bundar montok menekan dadanya yang bidang. Aku merangkulkan kedua lenganku ke lehernya, dan tiba-tiba ia pun mengecup bibirku dengan mesra, kemudian dilumatnya bibirku sampai aku megap-megap kehabisan napas. Terasa kontolnya yang masih full ngaceng itu menekan kuat bagian pusarku, karena memang tubuhnya lebih tinggi dariku.
Sementara bibir kami bertautan mesra, jemari tangannya mulai menggerayangi bagian bawah tubuhku, dua detik kemudian jemari kedua tangannya telah berada di atas bulatan kedua belah bokongku. Diremasnya dengan gemas, jemarinya bergerak memutar di bokongku. Aku merintih dan mengerang kecil dalam cumbuannya. Lalu dia merapatkan bagian bawah tubuhnya ke depan sehingga mau tak mau kontolnya yang tetap tegang itu jadi terdesak perutku lalu menghadap ke atas. Aku tak memberontak dan diam saja.
Sementara itu dia mulai menggesek-gesekkan kontolnya yang tegang itu di perutku. Namun baru juga 10 detik aku melepaskan ciuman dan pelukannya dan tertawa-tawa kecil,
“Kamu apaan sih kok ketawa”, tanyanya heran.
“Abisnya… Dian sih, kan aku geli digesekin kaya gitu”, sahutku sambil terus tertawa kecil.
Dia segera merengkuh tubuhku kembali ke dalam pelukannya, dan aku tak menolak saat dia menyuruhku untuk meremas kontolnya seperti tadi. Segera jemari tangan kananku mengusap dan mengelus-elus kontolnya dan sesekali kuremas. Dia menggelinjang nikmat.
“aagghh… Maya… terus sayang…” bisiknya mesra.
Wajah kami saling berdekatan dan aku memandang wajahnya yang sedang meringis menahan rasa nikmat.
“Enaak ya Diann…” bisikku mesra. Jemari tanganku semakin gemas saja mempermainkan kontolnya bahkan mulai kukocok seperti tadi.
Dia melepaskan kecupan dan pelukanku.
“Gerah nih sayang, aku buka baju dulu yaah sayang”, katanya sambil terus mencopot kancing kemejanya satu persatu lalu dilemparkan sekenanya ke samping.
Kini dia benar-benar polos dan telanjang bulat di hadapanku. Aku masih tetap mengocok kontolnya maju mundur.
“Sayang… kau suka yaa sama kontolku”, katanya.
Sambil tetap mengocok kontolnya aku menjawab dengan polos.
“suka sih Dian… habis kontol Dian lucu juga, keras banget Dian kayak kayu”, ujarku tanpa malu-malu lagi.
“Lucu apanya sih?” tanyanya.
Aku memandangnya sambil tersenyum
“pokoknya lucu saja”, bisikku lirih tanpa penjelasan.
“Gitu yaa… kalau memek kamu seperti apa yaa… aku pengen liat dong”, katanya.
Aku mendelik sambil melepaskan tanganku dari kontolnya.
“Dian jorok ahh…” sahutku malu-malu. “Ayo, aku sudah kepengen ngerasain nih… aku buka ya celana kamu”, katanya lagi.
Dan dengan cepat dia berjongkok di depanku, kedua tangannya meraih pinggulku dan didekatkan ke arahnya. Pada mulanya aku agak memberontak dan menolak tangannya namun begitu aku memandang wajahnya yang tersenyum padaku akhirnya aku hanya pasrah dan mandah saat jemari kedua tangannya mulai gerilya mencari ritsluiting celana ketatku yang berwarna putih itu.
Mukanya persis di depan selangkanganku sehingga dia dapat melihat gundukan bukit memekku dari balik celana ketatku. Dia semakin tak sabar, dan begitu menemukan ritsluitingku segera ditariknya ke bawah sampai terbuka, kebetulan aku tak memakai sabuk sehingga dengan mudah dia meloloskan dan memplorotkan celanaku sampai ke bawah. Sementara pandangannya tak pernah lepas dari selangkanganku, dan kini terpampanglah di depannya CDku yang berwarna putih bersih itu tampak sedikit menonjol di tengahnya. Terlihat dari CDku yang cukup tipis itu ada warna kehitaman, jembutku. Waahh… dia memandang ke atas dan aku menatapnya sambil tetap tersenyum.
“Aku buka ya.. CDnya”, tanyanya.
Aku hanya menganggukan kepala perlahan. Dengan gemetar jemari kedua tangannya kembali merayap ke atas menelusuri dari kedua betisku terus ke atas sampai kedua belah paha, dia mengusap perlahan dan mulai meremas.
“Oooh…Diannn” aku merintih kecil.
kemudian jemari kedua tangannya merayap ke belakang kebelahan bokongku yang bulat. Dia meremas gemas disitu. Ketika jemari tangannya menyentuh tali karet CDku yang bagian atas, sreeet… secepat kilat ditariknya ke bawah CDku itu dengan gemas dan kini terpampanglah sudah daerah ‘forbidden’ ku.
Menggembung membentuk seperti sebuah gundukan bukit kecil mulai dari bawah pusarku sampai ke bawah di antara kedua belah pangkal pahaku, sementara di bagian tengah gundukan bukit memekku terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah ke bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang memekku. Dan di sekitar situ ada jembut yang cukup lebat.
“Oohh.. Maya, indahnya…” Hanya kalimat itu yang sanggup diucapkan saat itu.
Dia mendongak ketika aku sedang membuka baju kaosku, setelah melemparkan kaos sekenanya kedua tanganku lalu menekuk ke belakang punggungnya hendak membuka braku dan tesss… bra itupun terlepas jatuh di mukanya. Selanjutnya aku melepas juga celana dan CDku yang masih tersangkut di mata kakiku, lalu sambil tetap berdiri di depannya, aku tersenyum manis kepadanya, walaupun wajahku sedikit memerah karena malu.
Toketku berbentuk bulat seperti buah apel, besarnya kira-kira sebesar dua kali bola tenis, warnanya putih bersih hanya pentil kecilnya saja yang tampak berwarna merah muda kecoklatan.
“kamu cantik sekali sayang”, bisiknya lirih.
Aku mengulurkan kedua tanganku kepadanya mengajaknya berdiri lagi.
“Diann… aku sudah siap, aku sayang sama Dian, aku akan serahkan semuanya seperti yang Dian inginkan”, bisikku mesra.
Dia merangkul tubuhku yang telanjang. Badanku seperti kesetrum saat kulitku menyentuh kulit nya, kedua toketku yang bulat menekan lembut dadanya yang bidang. Jemari tangannya tergetar saat mengusap punggungku yang telanjang,
“Aahh.. Maya kita ngentot di kamar yuk, aku sudah kepingin ngen tot sayang”, bisiknya tanpa malu-malu lagi.
Aku hanya tersenyum dalam pelukannya. “Terserah Dian saja, mau ngentotnya dimana”, sahutku mesra.
Dengan penuh nafsu dia segera meraih tubuhku dan digendongnya ke dalam kamar. Direbahkannya tubuhku yang telanjang bulat itu di atas kasur busa di dalam kamar tengah, tempat tidur itu tak terlalu besar, untuk 2 orang pun harus berdempetan. Suasana dalam kamar kelihatan gelap karena semua gorden tertutup, gorden yang berada dalam kamar ini sama sekali tidak menghadap ke jalan umum namun menghadap ke kebun di belakang. Dia segera membuka gorden agar sinar matahari sore dapat masuk, dan benar saja begitu disibakkan sinar matahari dari arah barat langsung menerangi seluruh isi kamar.
Dia memandangi tubuhku yang telanjang bulat di ranjang. Segera dia menaiki ranjang, aku memandangnya sambil tersenyum. Dia merayap ke atas tubuhku yang bugil dan menindihnya, sepertinya dia sudah tak sabar ingin segera memasuki memekku.
“Buka pahamu sayang, aku ingin mengen totimu sekarang”, bisiknya bernafsu.
“Diannn…” aku hanya melenguh pasrah saat dia setengah menindih tubuhku dan kontolku yang tegang itu mulai menusuk celah memekku, tangannya tergetar saat membimbing kontolnya mengelus memekku lalu menelusup di antara kedua bibir memekku.
“Sayang, aku masukkan yaah… kalau sakit bilang sayang.. kamu kan masih perawan.”
“Pelan-pelan Dian”, bisikku pasrah.
Lalu dengan jemari tangan kanannya diarahkannya kepala kontolnya ke memekku. Aku memeluk pinggangnya mesra, sementara dia mencari liang memekku di antara belahan bukit memekku. Dia mencoba untuk menelusup celah bibir memekku bagian atas namun setelah ditekan ternyata jalan buntu.
“Agak ke bawah Dian, aahh kurang ke bawah lagi Dian… mm.. yah tekan di situ Dian… aawww pelan-pelan Dian sakiiit”, aku memekik kecil dan menggeliat kesakitan.
Akhirnya dia berhasil menemukan celah memekku itu setelah aku menuntunnya, diapun mulai menekan ke bawah, kepala kontolnya dipaksanya untuk menelusup ke dalam liang memekku yang sempit. Dia mengecup bibir ku sekilas lalu berkonsentrasi kembali untuk segera dapat membenamkan kontolnya seluruhnya ke dalam liang memekku. Aku mulai merintih dan memekik-mekik kecil ketika kepala kontolnya yang besar mulai berhasil menerobos liang memekku yang sangat-sangat sempit sekali.
“Tahan sayang…aku masukkan lagi, sempit sekali sayang aahh”, erangnya mulai merasakan kenikmatan dan kurasakan kepala kontolnya berhasil masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang memekku.
“aawwww…. masss sakiit…” teriakku memelas, tubuhku menggeliat kesakitan.
Dia berusaha menentramkan aku sambil mengecup mesra bibirku dan dilumat dengan perlahan. Lalu,
“tahan sayang, baru kepalanya yang masuk sayang, aku tekan lagi yaah”, bisiknya.
Tiba-tiba dia mencabut kembali kontolnya yang baru masuk kepalanya saja itu dengan perlahan.
“Ah… sayang, aku masukin nanti saja deh, liang memekmu masih sangat sempit dan kering sayang.”
“memekku sakit Dian”, erangku lirih.
“Yahh… aku tahu sayang kamu kan masih perawan, kita bercumbu dulu sayang, aku kepingin melihat kamu nyampe”, bisiknya bernafsu.
Segera dia merebahkan badannya di atas tubuhku dan dipeluknya dengan kasih sayang,
“Maya… hh.. bagaimana perasaanmu sayang”, bisiknya mesra. Aku memandangnya dan tertawa renyah.
“mm… aku bahagia sekali bersama Dian seperti ini, rasanya nikmat ya Dian berpelukan sambil telanjang kaya gini”, ujarku polos.
“Iyaa sayang, anggaplah aku suamimu saat ini sayang”, bisiknya nakal.
“Iih.. Dian, Dian cumbui isterimu dong, beri istrimu kenik…mmbhh”, belum sempat aku selesai ngomong, dia sudah melumat bibirku.
Aku membalas ciumannya dan melumat bibirnya dengan mesra.Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan aku langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya. Jemari tangan kirinya merayap ke bawah menelusuri sambil mengusap tubuhku mulai pundak terus ke bawah sampai ke pinggul dan diremasnya dengan gemas. Ketika tangannya bergerak kebelakang ke bulatan bokongku, dia mulai menggoyangkan seluruh badannya menggesek tubuhku yang bugil terutama pada bagian selangkangan dimana kontolnya yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan bukit memekku.
Dia menggerakkan pinggulnya secara memutar sambil menggesek-gesekkan batang kontolnya di permukaan bibir memekku sambil sesekali ditekan-tekan. Aku ikut-ikutan menggelinjang kegelian, beberapa kali kepala kontolnya yang tegang salah sasaran memasuki belahan bibir memekku seolah akan menembus liang memekku lagi. Aku hanya merintih kesakitan dan memekik kecil,
“Aawwww… Dian saakiit”, erangku.
“Aahh.. Maya… memekmu empuk sekali sayang, ssshh”, dia melenguh keenakan.
Beberapa menit kemudian setelah kami puas bercumbu bibir, dia menggeser tubuhnya kebawah sampai mukanya tepat berada di atas kedua bulatan toketku, kini ganti perutnya yang menekan memekku. Jemari kedua tangannya secara bersamaan mulai menggerayangi gunung “Fujiyama” milikku, dia mulai menggesekkan ujung-ujung jemarinya mulai dari bawah toketku di atas perut terus menuju gumpalan kedua toketku yang kenyal dan montok. Aku merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat.
“Dian, geli”, erangku lirih.
Beberapa saat dia mempermainkan kedua pentilku yang kemerahan dengan ujung jemarinya. Aku menggelinjang lagi, dipuntirnya sedikit pentilku dengan lembut.
” Dian…” aku semakin mendesah tak karuan.
Secara bersamaan akhirnya dia meremas-remas gemas kedua toketku dengan sepenuh nafsu.
“Aawww…Dian”, aku mengerang dan kedua tanganku memegangi kain sprei dengan kuat.
Dia semakin menggila tak puas meremas lalu mulutnya mulai menjilati kedua toketku secara bergantian. Lidahnya menjilati seluruh permukaan toketku itu sampai basah, mulai dari toket yang kiri lalu berpindah ke toket yang kanan, digigit-gigitnya pentilku secara bergantian sambil diremas-remas dengan gemas sampai aku berteriak-teriak kesakitan. Lima menit kemudian lidahnya bukan saja menjilati kini mulutnya mulai beraksi menghisap kedua pentilku sekuat-kuatnya.
Dia tak peduli aku menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali kedua jemari tanganku memegang dan meremasi rambutnya, sementara kedua tangannya tetap mencengkeram dan meremasi kedua toketku bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya. Bibir dan lidahnya dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua toketku. Di dalam mulutnya pentilku dipilin dengan lidahnya sambil terus dihisap. Aku hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika giginya menggigiti pentilku dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan toketku itu nampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitannya.
Cukup lama dia mengemut toketku, setelah itu bibir dan lidahnya kini merayap menurun ke bawah. Ketika lidahnya bermain di atas pusarku, aku mulai mengerang-erang kecil keenakan, dia mengecup dan membasahi seluruh perutku. Ketika dia bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirnya telah berada di atas gundukan bukit memekku.
“Buka pahamu Maya..” teriaknya tak sabar, posisi pahaku yang kurang membuka itu membuatnya kurang leluasa untuk mencumbu memekku itu.
“Oooh… Diannn”, aku hanya merintih lirih.
Dia membetulkan posisinya di atas selangkangan ku. Aku membuka ke dua belah pahaku lebar-lebar, aku sudah sangat terangsang sekali. Kedua tanganku masih tetap memegangi kain sprei, aku kelihatan tegang sekali.
“Sayang… jangan tegang begitu dong sayang”, katanya mesra.
“Lampiaskan saja perasaanmu, jangan takut kalau Maya merasa nikmat, teriak saja sayang biar puass….” katanya selanjutnya.
Sambil memejamkan mata aku berkata lirih.
“Iya Diann eenaak sih Diann”, kataku polos.
Dia memandangi memekku yang sudah ditumbuhi jembut namun kulit dimemekku dan sekitarnya itu tidak tampak keriput sedikitpun, masih kelihatan halus dan kencang. Bibir memekku kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada diantara kedua bibir memekku itu tertutup rapat.
“Dian… ngapain sih kok ngelamun, bau yaa Dian?” tanyaku sambil tersenyum. Wajahku sedikit kusut dan berkeringat.
”abisnya memekmu lucu sih, bau lagi”, balasnya nakal.
“Iiihh… jahat”, Belum habis berkata begitu aku memegang kepalanya dan mengucek-ucek rambutnya. Dia tertawa geli.
Selanjutnya aku menekan kepalanya ke bawah, sontak mukanya terutama hidung dan bibirnya langsung nyosor menekan memekku, hidungnya menyelip di antara kedua bibir memekku. Bibirnya mengecup bagian bawah bibir memekku dengan bernafsu, sementara jemari kedua tangannya merayap ke balik pahaku dan meremas bokongku yang bundar dengan gemas. Dia mulai mencumbui bibir memekku yang tebal itu secara bergantian seperti kalau dia mencium bibirku. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, dia berpindah untuk mengecup dan mengulum bibir memekku bagian bawah.
Karena ulahnya aku sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhku menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahaku sampai menjepit kepalanya yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir memekku. Dia memegangi kedua belah bokongku yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, sepertinya dia tak rela melepaskan pagutan bibirnya pada bibir memekku. aku mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup kuat saking nikmatnya.
Kedua tanganku meremasi rambutnya sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku. Kadang pantat kunaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang kugoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahnya pada seluruh permukaan memekku. aku berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis saking tak kuatnya menahan kenikmatan yang diciptakannya pada memekku. Tubuhku menggeliat hebat, kepalaku bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil mengerang tak karuan.
Dia semakin bersemangat melihat tingkahku, mulutnya semakin buas, dengan nafas setengah memburu disibakkannya bibir memekku dengan jemari tangan kanannya, terlihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurnya bercampur dengan cairan lendirku, agak sebelah bawah terlihat celah liang memekku yang amat sangat kecil dan berwarna kemerahan pula. Dia mencoba untuk membuka bibir memekku agak lebar, namun aku memekik kecil karena sakit.
“aawww Diannn.. sakiit”, pekikku kesakitan.
“maaf sayang, sakit yaa…” bisiknya khawatir.
Dia mengusap dengan lembut bibir memekku agar sakitnya hilang, sebentar kemudian lalu disibakkan kembali pelan-pelan bibir memekku, celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari liang memekku yang sempit itu ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, inilah itil, bagian paling sensitif dari memek wanita. Lalu secepat kilat dengan rakus lidahnya dijulurkan sekuatnya keluar dan mulai menyentil-nyentil daging itilku. Aku memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakiku ke bawah.
Aku mengejang hebat, pinggulku bergerak liar dan kaku, sehingga jilatannya pada itilku jadi luput. Dengan gemas dia memegang kuat-kuat kedua belah pahaku lalu kembali menempelkan bibir dan hidungnya di atas celah kedua bibir memekku, dia menjulurkan lidahnya keluar sepanjang mungkin lalu ditelusupkannya lidahnya menembus jepitan bibir memekku dan kembali menyentil nikmat itilku dan, aku memekik tertahan dan tubuhku kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakiku, pantat ku angkat ke atas sehingga lidahnya memasuki celah bibir memekku lebih dalam dan menyentil-nyentil itilku.
Begitu singkat karena tak sampai 1 menit aku terisak menangis dan ada semburan lemah dari dalam liang memekku berupa cairan hangat agak kental banyak sekali. Dia masih menyentil itilku beberapa saat sampai tubuhku terkulai lemah dan akhirnya pantatku pun jatuh kembali ke kasur. Aku melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru kurasakan, sementara dia masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar ketika aku nyampe. Seluruh selangkanganku tampak basah penuh air liur bercampur lendir yang kental. Dia menjilati seluruh permukaan memekku sampai agak kering,
“Sayaang… puas kan…” bisiknya lembut namun aku sama sekali tak menjawab, mataku terpejam rapat namun mulutku tersenyum bahagia.
“Giliranku sayang, aku mau masuk nih… tahan sakitnya sayang”, bisiknya lagi tanpa menunggu jawabannya.
Dia segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhku yang telanjang berkeringat. Toketku penuh lukisan hasil karyanya. Dengan agak kasar dia menarik kakiku ke atas dan ditumpangkannya kedua pahaku pada pangkal pahanya sehingga kini selangkanganku menjadi terbuka lebar. Dia menarik bokongku ke arahnya sehingga kontolnya langsung menempel di atas memekku yang masih basah. Dia mengusap-usapkan kepala kontolnya pada kedua belah bibir memekku dan lalu beberapa saat kemudian dengan nakal kontolnya ditepuk-tepukkan dengan gemas ke memekku.
Aku menggeliat manja dan tertawa kecil,
“Dian… iiih.. gelii.. aah”, jeritku manja.
“Sayaang, kontolku mau masuk nih… tahan yaa sakitnya”, bisiknya nakal penuh nafsu.
“Iiihh… jangan kasar ya Diannn… pelan-pelan saja masukinnya, aku takut sakiit”, sahutku polos penuh kepasrahan.
Sedikit disibakkannya bibir memekku dengan jemari kirinya, lalu diarahkannya kepala kontolnya yang besar ke liang memekku yang sempit. Dia mulai menekan dan aku pun meringis, dia tekan lagi… akhirnya perlahan-lahan mili demi mili liang memekku itu membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kontolnya. Aku menggigit bibir. Dia melepaskan jemari tangannya dari bibir memekku dan plekk… bibir memekku langsung menjepit nikmat kepala kontolnya.
“Tahan sayang…” bisiknya bernafsu.
Aku hanya mengangguk pelan, mata lalu kupejamkan rapat-rapat dan kedua tanganku kembali memegangi kain sprei. Dia agak membungkukkan badannya ke depan agar pantatnya bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah. Dia memajukan pinggulnya dan akhirnya kepala kontolnya mulai tenggelam di dalam liang memekku. Dia kembali menekan, dan aku mulai menjerit kesakitan. Dia tak peduli, mili demi mili kontolnya secara pasti terus melesak ke dalam liang memekku dan tiba-tiba setelah masuk sekitar 4 centi seperti ada selaput lunak yang menghalangi kepala kontolnya untuk terus masuk, dia terus menekan dan aku melengking keras sekali lalu menangis terisak-isak. selaput daraku robek.
Dia terus menekan kontolnya, ngotot terus memaksa memasuki liang memekku yang luar biasa sempit itu. Dia memegang pinggulku, dan ditariknya kearahnya kontolnya masuk makin ke dalam, Aku terus menangis terisak-isak kesakitan, sementara dia sendiri malah merem melek keenakan. Dan dia menghentak keras ke bawah, dengan cepat kontolnya mendesak masuk liang memekku. dia mengerang nikmat. Dihentakkan lagi pantatnya ke bawah dan akhirnya kontolnya secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir memekku. dia berteriak keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan jepitan ketat memekku yang luar biasa.
Sementara aku hanya memekik kecil lalu memandangnya sayu.
“Dian… aku sudah nggak perawan lagi sekarang”, bisikku lirih.
Kami sama-sama tersenyum.
Direbahkannya badannya di atas tubuhku yang telanjang, aku memeluknya penuh kasih sayang, toketku kembali menekan dadanya. Memekku menjepit meremas kuat kontolnya yang sudah amblas semuanya. Kami saling berpandangan mesra,dia mengusap mesra wajahku yang masih menahan sakit menerima tusukan kontolnya.
“Dian… bagaimana rasanya”, bisikku mulai mesra kembali, walaupun sesekali kadang aku menggigit bibir menahan sakit. “Enaak sayang.. dan nikmaat… oouhh aku nggak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata sayang… selangit pokoknya”, bisiknya.
“Dian, bagaimana kalau aku sampai hamil?” bisikku sambil tetap tersenyum.”Oke…nanti setelah ngentot kita cari obat di apotik, obat anti hamil”, bisiknya gemas.
“Iihh… nakal…” sahutku sambil kembali mencubit pipinya.
“Biariin…”
“Maasss…” aku agak berteriak.
“Apaan sih…” tanyanya kaget.
Lalu sambil agak bersemu merah dipipi aku berkata lirih.
“dienjot dong…” bisikku hampir tak terdengar.
“Iiih kamu kebanyakan nonton film porno, kan memeknya masih sakiit”, jawabnya.
“Pokoknya, dienjot dong Dian…” sahutku manja.
Dia mencium bibirku dengan bernafsu, dan akupun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali, lalu sambil tetap begitu dia mulai menggoyang pinggul naik turun. kontolnya mulai menggesek liang memekku dengan kasar, pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kontolnya yang tegang. Aku memeluk punggungnya dengan kuat, ujung jemari tanganku menekan punggungnya dengan keras. Kukuku terasa menembus kulitnya. Tapi dia tak peduli, dia sedang menikmati tubuhku. Aku merintih dan memekik kesakitan dalam cumbuannya.
Beberapa kali aku sempat menggigit bibirnya, namun itupun dia tak peduli. Dia hanya merasakan betapa liang memekku yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat kontolnya. Ketika ditarik keluar terasa daging memekku seolah mencengkeram kuat kontolnya, sehingga terasa ikut keluar. Aku melepaskan ciumannya dan mencubit pinggangnya.
“Awww… aduuh Dian… sakit … . ngilu Dian” aku berteriak kesakitan.
“Maaf sayang… aku mainnya kasar yaah? aku nggak tahan lagi sayang aahhgghghh”, bisiknya.
“pejuku mau keluar, desahnya sambil menyemprotkan peju yang banyak di liang memekku.
Kami pun berpelukan puas atas kejadian tersebut. Dan tanpa terasa kami ketiduran sambil berpelukan telanjang bulat karena kecapaian dalam permainan tadi.
Kami tidur dua jam lamanya lalu kami berdua mandi bersama. Di dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman. Dia minta aku jongkok. Dia mengajariku untuk menjilati serta mengulum kontolnya yang sudah tegak berdiri. Kontolnya kukulum sambil mengocoknya pelan-pelan naik turun.
“Enak banget yang, kamu cepet ya belajarnya. Terus diemut yang”, erangnya.
Kemudian giliran dia, aku disuruhnya berdiri sambil kaki satunya ditumpangkan di bibir bathtub agar siap mendapat serangan oralnya. Dia menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari kesana kemari pada itilku sehingga aku mengerang sambil memegang kepalanya untuk menenggelamkannya lebih dalam ke memekku. Dia tahu apa yang kumau, lalu dijulurkannya lidahnya lebih dalam ke memekku sambil mengorek-korek itilku dengan jari manisnya. Semakin hebat rangsangan yang aku rasakan sampai aku nyampe, dengan derasnya lendirku keluar tanpa bisa dibendung. Dia menjilati dan menelan semua lendirku itu tanpa merasa jijik.
“Dian, nikmat banget deh, aku sampe lemes”, kataku.
“Ya udah kamu istirahat aja, aku mau ngangetin makanan dulu ya”, katanya. .
Aku berbaring di ranjang, ngantuk sampe ketiduran lagi.
DIa membangunkanku dan mengajakku makan nasi padang yang sudah disiapkannya.
“Maya, malem ini kita tidur disini aja ya, aku masih pengen ngerasain peretnya memekmu lagi. Kamu mau kan kita ngen tot lagi”, katanya sambil membelai pipiku.
“Aku nurut aja apa yang Dian mau, aku kan udah punyanya Dian”, jawabku pasrah.
Sehabis makan langsung Aku dibawanya lagi keranjang, dan direbahkan. Kami langsung berpagutan lagi, aku sangat bernapsu meladeni ciumannya. Dia mencium bibirku, kemudian lidahnya menjalar menuju ke toketku dan dikulumnya pentilku. Terus menuju keperut dan dia menjilati pusarku hingga aku menggelepar menerima rangsangan itu yang terasa nikmat.
“Dian enak sekali..” nafasku terengah2.
Lumatannya terus dilanjutkannya pada itilku. Itilku dijilatinya, dikulum2, sehingga aku semakin terangsang hebat. Pantatku kuangkat supaya lebih dekat lagi kemulutnya. Diapun merespons hal itu dengan memainkan lidahnya ke dalam memekku yang sudah dibukanya sedikit dengan jari. Ketika responsku sudah hampir mencapai puncak, dia menghentikannya. Dia ganti dengan posisi 6. Dia telentang dan minta aku telungkup diatas tubuhnya tapi kepalaku ke arah kontolnya. Dia minta aku untuk kembali menjilati kepala kontolnya lalu mengulum kontolnya keluar masuk mulutku dari atas.
Setelah aku lancar melakukannya, dia menjilati memek dan itilku lagi dari bawah. Selang beberapa lama kami melakukan pemanasan maka dia berinisiatif untuk menancapkan kontolnya di memekku.
Aku ditelentangkannya, pahaku dikangkangkannya, pantatku diganjal dengan bantal.
“buat apa Dian, kok diganjel bantal segala”, tanyaku.
“biar masuknya dalem banget yang, nanti kamu juga ngerasa enaknya”, jawabnya sambil menelungkup diatasku.
Kontolnya digesek2kan di memekku yang sudah banyak lendirnya lagi karena itilku dijilati barusan.
“Ayo Dian cepat, aku sudah tidak tahan lagi” pintaku dengan bernafsu.
“Wah kamu sudah napsu ya Maya, aku suka kalo kita ngen tot setelah kamu napsu banget sehingga gak sakit ketika kontolku masuk ke memek kamu”, jawabnya.
Dengan pelan tapi pasti dia masukan kontolnya ke memekku.
“Pelan2 ya Dian, biar gak sakit”, lenguhku sambil merasakan kontolnya yang besar menerobos memekku yang masih sempit.
Dia terus menekan2 kontolnya dengan pelan sehingga akhirnya masuk semua. Lalu dia tarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai mendalam, terasa kontolnya nancep dalem sekali.
“Dian enjot yang cepat, Dian, aku udah mau nyampe ach.. Uch.. Enak Dian, lebih enak katimbang dijilat Dian tadi”, lenguhku.
“Aku juga mau keluar, yang”, jawabnya.
Dengan hitungan detik kami berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan, terasa memekku berkedutan meremes2 kontolnya. Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga.
Sudah satu jam kami beristirahat, lalu dia minta aku mengemut kontolnya lagi.
“Aku belum puas yang, mau lagi, boleh kan?” yanyanya.
“Boleh Dian, aku juga pengen ngerasain lagi nyampe seperti tadi”, jawabku sambil mulai menjilati kepala kontolnya yang langsung ngaceng dengan kerasnya.
Kemudian kepalaku mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya dimulutku. Dia mengerang kenikmatan,
“Enak banget Maya emutanmu. Tadi memekmu juga ngempot kontolku ketika kamu nyampe. Nikmat banget deh malam ini, boleh diulang ya sayang kapan2?. Aku diam tidak menjawab karena ada kontolnya dalam mulutku.
“Maya, aku udah mau ngecret nih, aku masukkin lagi ya ke memek kamu”, katanya sambil minta aku nungging.
“MAu ngapain Dian, kok aku disuru nungging segala”, jawabku tidak mengerti.
“udah kamu nungging aja, Dian mau ngen totin kamu dari belakang”, jawabnya.
Sambil nungging aku bertanya lagi,
“Mau dimasukkin di pantat ya Dian, aku gak mau ah”.
“Ya gak lah yang, ngapain di pantat, di memek kamu udah nikmat banget kok”, jawabnya.
dengan pelan diumasukkannya kontolnya ke memekku, ditekan2nya sampe amblas semua, terasa kontolnya masuk dalem sekali, seperti tadi ketika pantatku diganjel bantal. Kontolnya mulai dikeluarmasukkan dengan irama lembut. Tanpa sadar aku mengikuti iramanya dengan menggoyangkan pantatku. Tangan kirinya menjalar ke toketku dan diremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan semakin cepat. Aku mulai merasakan nikmatnya dien tot, sakit sudah tidak terasa lagi.
“Dian, aku udah ngerasa enaknya dien tot, terus yang cepet ngenjotnya Dian, rasanya aku udah mau nyampe lagi”, erangku.
Dia tidak menjawab, enjotan kontolnya makin lama makin cepet dan keras, nikmat banget deh rasanya. Akhirnya dengan satu enjotan yang keras dia melenguh,
“Maya aku ngecret, aah”, erangnya.
“Dian, aku nyampe juga Dian, ssh”, bersamaan dengan ngecretnya pejunya aku juga nyampe.Kembali aku terkapar kelelahan.
Ketika aku terbangun, hari udah terang. Aku nggeletak telanjang bulat di ranjang dengan Satu kaki terbujur lurus dan yang sebelah lagi menekuk setengah terbuka mengangkang. Dia yang sudah bangun lebih dulu, menaiki ranjang dan menjatuhkan dadanya diantara kedua belah paha ku. Lalu dengan gemas, diciumnya pusarku.
” Dian, geli!” aku menggeliat manja.
Dia tersenyum sambil terus saja menciumi pusarku berulang2 hingga aku menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan ke2 siku dan lututnya ia merangkak sehingga wajahnya terbenam diantara ke2 toketku. Lidahnya sedikut menjulur ketika dia mengecup pentilku sebelah kiri, kemudian pindah ke pentil kanan. Diulangnya beberapa kali, kemudian dia berhenti melakukan jilatannya. Tangan kirinya bergerak keatas sambil meremes dengan lembut toketku. Remasannya membuat pentilku makin mengeras, dengan cepat dikecupnya pentilku dan dikulum2nyasambil mengusap punggungku dengan tangan kanannya.
“Kamu cantik sekali,” katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Aku hanya tersenyum, aku senang mendengar pujiannya. Kurangkul lehernya, kemudian kucium bibirnya. Lidahnya yang nyelip masuk mulutku kuhisap2. Aku segera meraba kontolnya lagi, kugenggam dan kugesek2kan ke memekku yang mulai berlendir. Lendir memekku melumuri kepala kontolnya, kontolnya menjadi makin keras. Urat2 berwarna hijau di kulit batang kontolnya makin membengkak. Dia menekan pinggulnya sehingga kepala kontolnya nyelip di bibir memekku. Terasa bibir memekku menjepit kontolnya yang besar itu.
Dia menciumi leherku, dadanya direndahkan sehingga menekan toketku.
“Oh…Dian”, lenguhku ketika ia menciumi telingaku.
“Kakimu dibelitkan di pinggangku Maya”, pintanya sambil terus mencium bibirku.
Tangan kirinya terus meremas toketku sedang tangan satunya mengelus pahaku yang sudah kulingkarkan di pinggangnya. Lalu dia mendorong kontolnya lebih dalam. Sesak rasanya memekku. Pelan2 dia menarik sedikit kontolnya, kemudian didorongnya. Hal ini dia lakukan beberapa kali sehingga lendir memekku makin banyak keluarnya, mengolesi kepala kontolnya. Sambil menghembuskan napas, dia menekan lagi kontolnya masuk lebih dalam. Dia menahan gerakan pinggulnya ketika melihat aku meringis.
“Sakit yang”, tanyanya.
“Tahan sedikit ya”. Dia kembali menarik kontolnya hingga tinggal kepalanya yang terselip di bibir luar memekku, lalu didorongnya kembali pelan2.
Dia terus mengamati wajahku, aku setengah memejamkan mata tapi sudah tidak merasa sakit.
“Maya, nanti dorong pinggul kamu keatas ya”, katanya sambil menarik kembali kontolnya.
Dia mencium bibirku dengan lahap dan mendorong kontolnya masuk kontolnya. Pentilku diremesnya dengan jempol dan telunjuknya. Aku tersentak karena enjotan kontolnya dan secara reflex aku mendorong pinggulku ke atas sehingga kontolnya nancap lebih dalam. Aku menghisap lidahnya yang dijulurkan masuk ke mulutku.
Sementara itu dia terus menekan kontolnya masuk lebih dalam lagi. Dia menahan gerakan pinggulnya, rambutku dibelai2nya dan terus mengecup bibirku. Kontolnya kembali ditariknya keluar lagi dan dibenamkan lagi pelan2, begitu dilakukannya beberapa kali sehingga seluruh kontolnya sudah nancap di memekku. Aku merangkul lehernya dan kakiku makin erat membelit pinggangnya.
”Akh Dian”, lenguhku ketika terasa kontolnya sudah masuk semua, terasa memekku berdenyut meremes2 kontolnya.
“Masih sakit Maya”, tanyanya.
“Enak Dian”, jawabku sambil mencakari punggungnya, terasa biji pelernya memukul2 pantatku.
Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku. Entah bagaimana dia mengenjotkan kontolnya, itilku tergesek kontolnya ketika dia mengenjotkan kontolnya masuk. Aku menjadi terengah2 karena nikmatnya. Dia juga mendesah setiap kali mendorong kontolnya masuk semua,
“Maya, memekmu peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget sayang ngentot dengan kamu”.Tangannya menyusup ke punggungku sambil terus mengenjotkan kontolnya. Terasa bibir memekku ikut terbenam setiap kali kontolnya dienjot masuk.
“Dian”, erangku. Terdengar bunyi “plak” setiap kali dia menghunjamkan kontolnya.
Bunyi itu berasal dari beradunya pangkal pahanya dengan pangkal pahaku karena aku mengangkat pinggulku setiap dia mengenjot kontolnya masuk.
“Maya, aku udah mau ngecrot”, erangnya lagi.
Dia menghunjamkan kontolnya dalam2 di memekku dan terasalah pejunya nyembur2 di dalam memekku. Bersamaan dengan itu, “Dian, aku nyampe juga Dian”, aku mengejang karena ikutan nyampe. Nikmat banget bersama dia, walaupun perawanku hilang aku tidak nyesel karena ternyata dien tot itu mendatangkan

Untuk Film Selengkapnya Klik Gambar Dibawah Ini :



Directed By :  www.289bet.com

Thursday, November 29, 2018

Agen Joker123 Online - Cerita Sex ML dengan Ibu Kost

Agen Joker123 Online - Cerita Sex ML dengan Ibu KostRobby, seorang bujangan berumur 28 tahun yang saat ini sedang kebingungan. Pasalnya, panggilan pekerjaan dari sebuah perusahaan dimana dia melamar begitu mendadak. Dia bingung bagaimana harus mencari tempat tinggal secepat ini. Perusahaan dimana dia melamar terletak di luar kota, jangka waktu panggilan itu selama empat hari, dimana dia harus melakukan tes wawancarara.


Agen Joker123 Online - Akhirnya dia memaksa berangkat besoknya, dengan tujuan penginapanlah dimana dia harus tinggal. Dengan bekal yang cukup malah berlebih mungkin, sampailah dia di penginapan dimana perusahaan yang dia lamar terletak di kota itu juga. Sudah 2 hari ini dia tinggal di penginapan itu, selama ini dia sudah mepersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan guna kelancaran dalam tes wawancara nanti.
Sampai pada akhirnya, dia membaca di surat kabar, bahwa disitu tertulis menerima kos-kosan atau tempat tinggal yang permanen. Kemudian dengan bergegas dia mendatangi alamat tersebut. Sampai pada akhirnya, sampailah dia di depan pintu rumah yang dimaksud itu.
Perlahan Robby mengetuk pintu, tidak lama kemudian terdengar suara kunci terbuka diikuti dengan seorang wanita tua yang muncul.
“Iya, ada perlu apa, Pak..?”
“Oh, begini.., tadi saya membaca surat kabar, disitu tertulis bahwa di rumah ini menyediakan kamar untuk tempat tinggal.” sahut Robby seketika.
“Oh, ya, memang benar, silakan masuk Pak, biar saya memanggil nyonya dulu,” wanita tua itu mempersilakan Robby masuk.
“Hm.., baik, terima kasih.”
Sejenak kemudian Robby sudah duduk di kursi ruang tamu.
Cerita Dewasa – Melayani Nafsu Birahi Ibu Kostku | Terlihat sekali keadaan ruang tamu yang sejuk dan asri. Robby memperhatikan sambil melamun. Tiba-tiba Robby dikejutkan oleh suara wanita yang masuk ke ruang tamu.
“Selamat siang, ada yang perlu saya bantu..?”
Terhenyak Robby dibuatnya, di depan dia sekarang berdiri seorang wanita yang boleh dikatakan belum terlalu tua, umurnya sekitar 40 tahunan, cantik, anggun dan berwibawa.
“Oh.., eh.. selamat siang,” Robby tergagap kemudian dia melanjutkan, “Begini Bu..”
“Panggil saya Bu Vina..,” tukas wanita itu menyahut.
“Hm.., o ya, Bu Vina, tadi saya membaca surat kabar yang tertulis bahwa disini ada kamar untuk disewakan.”
“Oh, ya. Hm.., siapa nama anda..?”
“Robby Bu,” sahut Robby seketika.
“Memang benar disini ada kamar disewakan, perlu diketahui oleh Nak Robby bahwa di rumah ini hanya ada tiga orang, yaitu, saya, anak saya yang masih SMA dan pembantu wanita yang tadi bicara sama Nak Robby, kami memang menyediakan satu kamar kosong untuk disewakan, selain agar kamar itu tidak kotor juga rumah ini biar tambah ramai penghuninya.” dengan singkat Bu Vina menjelaskan semuanya.
“Hm, suami Ibu..?” tanya Robby singkat.
“Oh ya, saya dan suami saya sudah bercerai satu tahun yang lalu,” jawab Bu Vina singkat.
“Ooo, begitu ya, untuk masalah biayanya, berapa sewanya..?” tanya Robby kemudian.
“Hm, begini, Nak Robby mau mengambil berapa bulan, biaya sewa sebulannya dua ratus tujuh puluh ribu rupiah,” jawab Bu Vina menerangkan.
“Baiklah Bu Vina, saya akan mengambil sewa untuk enam bulan,” kata Robby.
“Oke, tunggu sebentar, Ibu akan mengambil kuitansinya.”
Akhirnya setelah mengemasi barang-barang di penginapan, tinggallah Robby disitu dengan Bu Vina, Ida anak Bu Vina dan Bik Sumi pembantu Bu Vina.
Sudah satu bulan ini Robby tinggal sambil menunggu panggilan selanjutnya. Dan sudah satu bulan ini pula Robby punya keinginan yang aneh terhadap Bu Vina. Wanita yang anggun, cantik dan berwibawa yang cukup lama hidup sendirian. Robby tidak dapat membayangkan bagaimana mungkin wanita yang masih kelihatan muda dari segi fisiknya itu dapat betah hidup sendirian. Bagaimana Bu Vina menyalurkan hasrat seksualnya. Ingin sekali Robby bercinta dengan Bu Vina. Apalagi sering Robby melihat Bu Vina memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh Bu Vina yang masih kelihatan kencang dan indah. Ingin sekali Robby menyentuhnya.
“Aku harus bisa mendapatkannya..!” gumam Robby suatu saat.
“Saya harus mencari cara,” gumamnya lagi.
Sampai pada suatu saat kemudian, yaitu pada saat malam Minggu, rumah kelihatan sepi, maklum saja, Ida anak Bu Vina tidur di tempat neneknya, Bik Sumi balik ke kampung selama dua hari, katanya ada anaknya yang sakit. Tinggallah Robby dan Bu Vina sendirian di rumah. Tapi Robby sudah mempersiapkan cara bagaimana melampiaskan hasratnya terhadap Bu Vina. Lama Robby di kamar, jam menunjukkan pukul delapan malam, dia melihat Bu Vina menonton TV di ruang tengah sendirian. Akhirnya setelah mantap, Robby pun keluar dari kamarnya menuju ke ruang tengah.
“Selamat malam, Bu, boleh saya temani..?” sejenak Robby berbasa-basi.
“Oh, silakan Nak Robby..,” mempersilakan Bu Vina kepada Robby.
“Ngomong-ngomong, tidak keluar nih Nak Robby, malam Minggu loh, masa di rumah terus, apa tidak bosan..?” tanya Bu Vina kemudian.
“Ah, nggak Bu, lagian keluar kemana, biasanya juga malam Minggu di rumah saja,” jawab Robby sekenanya.
Lama mereka berdua terdiam sambil menikmati acara TV.
“Oh, ya, Bu, boleh saya buatkan minum..?” tanya Robby tiba-tiba.
“Lho, tidak usah Nak Robby, kok repot-repot..,”
“Ah, nggak apa-apa, sekali-kali saya yang buatkan minuman untuk Ibu, masak Ibu dan Bik Sumi saja yang selalu membuatkan minuman untuk saya.”
“Hm.., boleh kalau begitu, Ibu ingin minum teh saja,” kata Bu Vina sambil tersenyum.
“Baiklah Bu, kalau begitu tunggu sebentar.” segera Robby bergegas ke dapur.
Tidak lama kemudian Robby sudah kembali sambil membawa nampan berisi dua teh dan sedikit makanan kecil di piring.
“Silakan Bu, diminum, mumpung masih hangat..!”
“Terima kasih, Nak Robby.”
Akhirnya setelah sekian lama terdiam lagi, terlihat Bu Vina sudah mulai mengantuk, tidak lama kemudian Bu Vina sudah tertidur di kursi dengan keadaan memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh dan payudaranya yang indah. Tersenyum Robby melihatnya.
“Akhirnya aku berhasil, ternyata obat tidur yang kubeli di apotik siang tadi benar-benar manjur, obat ini akan bekerja untuk beberapa saat kemudian,” gumam Robby penuh kemenangan.
“Beruntung sekali tadi Bu Vina mau kubuatkan teh, sehingga obat tidur itu dapat kucampur dengan teh yang diminum Bu Vina,” gumamnya sekali lagi.
Sejenak Robby memperhatikan Bu Vina, tubuh yang pasrah yang siap dipermainkan oleh lelaki manapun. Timbul gejolak kelelakian Robby yang normal tatkala melihat tubuh indah yang tergolek lemah itu. Diremas-remasnya dengan lembut payudara yang montok itu bergantian kanan kiri sambil tangan yang satunya bergerilnya menyentuh paha sampai ke ujung paha. Terdengar desahan perlahan dari mulut Bu Vina, spontan Robby menarik kedua tangannya.
“Mengapa harus gugup, Bu Vina sudah terpengaruh obat tidur itu sampai beberapa saat nanti,” gumam Robby dalam hati.
Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, Robby kemudian membopong tubuh Bu Vina memasuki kamar Robby sendiri. Digeletakkan dengan perlahan tubuh yang indah di atas tempat tidur, sesaat kemudian Robby sudah mengunci kamar, lalu mengeluarkan tali yang memang sengaja dia simpan siang tadi di laci mejanya.
Tidak lama kemudian Robby sudah mengikat kedua tangan Bu Vina di atas tempat tidur. Melihat keadaan tubuh Bu Vina yang telentang itu, tidak sabar Robby untuk melampiaskan hasratnya terhadap Bu Vina.
“Malam ini aku akan menikmati tubuhmu yang indah itu Bu Vina,” kata Robby dalam hati.
Satu-persatu Robby melepaskan apa saja yang dipakai oleh Bu Vina. Perlahan-lahan, mulai dari daster, BH, kemudian celana dalam, sampai akhirnya setelah semua terlepas, Robby menyingkirkannya ke lantai. Terlihat sekali sekarang Bu Vina sudah dalam keadaan polos, telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Diamati oleh Robby mulai dari wajah yang cantik, payudara yang montok menyembul indah, perut yang ramping, dan terakhir paha yang mulus dan putih dengan gundukan daging di pangkal paha yang tertutup oleh rimbunnya rambut.
Sesaat kemudian Robby sudah menciumi tubuh Bu Vina mulai dari kaki, pelan-pelan naik ke paha, kemudian berlanjut ke perut dan terakhir ciuman Robby mendarat di payudara Bu Vina. Sesekali terdengar desahan kecil dari mulut Bu Vina, tapi Robby tidak memperdulikannya. Diciumi dan diremas-remas kedua payudara yang indah itu dengan mulut dan kedua tangan Robby. Puting merah jambu yang menonjol indah itu juga tidak lepas dari serangan-serangan Robby. Dikulum-kulum kedua puting itu dengan mulutnya dengan perasaan dan gairah birahi yang sudah memuncak. Setelah puas Robby melakukan itu semua, perlahan-lahan dia bangkit dari tempat tidur.
Satu-persatu Robby melepas pakaian yang melekat di badannya, akhirnya keadaan Robby sudah tidak beda dengan keadaan Bu Vina, telanjang bulat, polos, tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Terlihat kemaluan Robby yang sudah mengencang hebat siap dihunjamkan ke dalam vagina Bu Vina. Tersenyum Robby melihat rudalnya yang panjang dan besar, bangga sekali dia mempunyai rudal dengan bentuk begitu.
Perlahan-lahan Robby kembali naik ke tempat tidur dengan posisi telungkup menindih tubuh Bu Vina yang telanjang itu, kemudian dia memegang rudalnya dan pelan-pelan memasukkannya ke dalam vagina Bu Vina. Robby merasakan vagina yang masih rapat karena sudah setahun tidak pernah tersentuh oleh laki-laki. Akhirnya setelah sekian lama, rudal Robby sudah masuk semuanya ke dalam vagina Bu Vina.
Ketika Robby menghunjamkan rudalnya ke dalam vagina Bu Vina sampai masuk semua, terdengar rintihan kecil Bu Vina, “Ah.., ah.., ah..!”
Tapi Robby tidak menghiraukannya, dia lalu menggerakkan kedua pantatnya maju munjur dengan teratur, pelan-pelan tapi pasti.
“Slep.., slep.., slep..,” terdengar setiap kali ketika Robby melakukan aktivitasnya itu, diikuti dengan bunyi tempat tidur yang berderit-derit.
“Uh.., oh.., uh.., oh..,” sesekali Robby mengeluh kecil, sambil tangannya terus meremas-remas kedua payudara Bu Vina yang montok itu.
Lama Robby melakukan aktivitasnya itu, dirasakannya betapa masih kencangnya dan rapatnya vagina Bu Vina. Akhirnya Robby merasakan tubuhnya mengejang hebat, merapatkan rudalnya semakin dalam ke vagina Bu Vina.
“Ser.., ser.., ser..,” Robby merasakan cairan yang keluar dari ujung kemaluannya mengalir ke dalam vagina Bu Vina.
“Oh.. ah.. oh.. Bu Vina.., oh..!” terdengar keluhan panjang dari mulut Robby.
Setelah itu Robby merasakan tubuhnya yang lelah sekali, kemudian dia membaringkan tubuhnya di samping tubuh Bu Vina dengan posisi memeluk tubuh Bu Vina yang telah dinikmatinya itu.
Lama Robby dalam posisi itu sampai pada akhirnya dia dikejutkan oleh gerakan tubuh Bu Vina yang sudah mulai siuman. Secara reflek, Robby bangkit dari tempat tidurnya menuju ke arah saklar lampu dan mematikannya. Tertegun Robby berdiri di samping tempat tidur dalam kamar yang sudah dalam keadaan gelap gulita itu. Sesaat kemudian terdengar suara Bu Vina.
“Oh, dimana aku, mengapa gelap sekali..?”
Sebentar kemudian suasana menjadi hening.
“Dan, mengapa tanganku diikat, dan, oh.., tubuhku juga telanjang, kemana pakaianku, apa yang terjadi..?” terdengar suara Bu Vina pelan dan serak.
Suasana hening agak lama. Robby tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia diam saja.
Terdengar lagi suara Bu Vina mengeluh, “Oh.., tolonglah aku..! Apa yang terjadi padaku, mengapa aku bisa dalam keadaan begini, siapa yang melakukan ini terhadapku..?” keluh Bu Vina.
Akhirnya timbul kejantanan dalam diri Robby, bagaimanapun setelah apa yang dia lakukan terhadap Bu Vina, Robby harus berterus terang mengatakannya semuanya.
“Ini saya..,” gumam Robby lirih.
“Siapa, kamukah Yodi..? Mengapa kamu kembali lagi padaku..?” sahut Bu Vina agak keras.
“Bukan, ini saya Bu.., Robby..,” Robby berterus terang.
“Robby..!” kaget Bu Vina mendengarnya.
“Apa yang kamu lakukan pada Ibu, Robby..? Bicaralah..! Mengapa Ibu kamu perlakukan seperti ini..?” tanya Bu Vina kemudian.
Kemudian Robby bercerita mulai dari awal sampai akhir, bagaimana mula-mula dia tertarik pada Bu Vina, sampai pada keheranannya bagaimana juga Bu Vina dapat hidup sendiri selama setahun tanpa ada laki-laki yang dapat memuaskan hasrat birahi Bu Vina. Juga tidak lupa Robby menceritakan semua yang dia lakukan terhadap Bu Vina selama Bu Vina tidak sadar karena pengaruh obat tidur. Tertegun Bu Vina mendengar semua perkataan Robby. Lama mereka terdiam, tapi terdengar Bu Vina bicara lagi.
“Robby.., Robby.., Ibu memang menginginkan laki-laki yang bisa memuaskan hasrat birahi Ibu, tapi bukan begini caranya, mengapa kamu tidak berterus-terang pada Ibu sejak dulu, kalaupun kamu berterus terang meminta kepada Ibu, pasti Ibu akan memberikannya kepadamu, karena Ibu juga merasakan bagaimana tidak enaknya hidup sendiri tanpa laki-laki.”
“Terus terang saya malu Bu, saya malu kalau Ibu menolak saya.”
“Tapi setidaknya kan, berterus terang itu lebih sopan dan terhormat daripada harus memperlakukan Ibu seperti ini.”
“Saya tahu Bu, saya salah, saya siap menerima sanksi apapun, saya siap diusir dari rumah ini atau apa saja.”
“Oh, tidak Robby, bagaimanapun kamu telah melakukannya semua terhadap Ibu. Sekarang Ibu tidak lagi terpengaruh oleh obat tidur itu lagi, Ibu ingin kamu melakukannya lagi terhadap Ibu apa yang kamu perbuat tadi, Ibu juga menginginkannya Robby tidak hanya kamu saja.”
“Benar Bu..?” tanya Robby kaget.
“Benar Robby, sekarang nyalakanlah lampunya, biar Ibu bisa melihatmu seutuhnya,” pinta Bu Vina kemudian.
Tanpa pikir panjang lagi, Robby segera menyalakan lampu yang sejak tadi padam. Sekarang terlihatlah kedua tubuh mereka yang sama-sama polos, dan telanjang bulat dengan posisi Bu Vina terikat tangannya.
“Oh Robby, tubuhmu begitu atletis. Kemarilah, nikmatilah tubuh Ibu, Ibu menginginkannya Robby..! Ibu ingin kamu memuaskan hasrat birahi Ibu yang selama ini Ibu pendam, Ibu ingin malam ini Ibu benar-benar terpuaskan.”
Perlahan Robby mendekati Bu Vina, diperhatikan wajah yang tambah cantik itu karena memang kondisi Bu Vina yang sudah tersadar, beda dengan tadi ketika Bu Vina masih tidak sadarkan diri. Diusap-usapnya dengan lembut tubuh Bu Vina yang polos dan indah itu, mulai dari paha, perut, sampai payudara. Terdengar suara Bu Vina menggelinjang keenakan.
“Terus.., Robby.., ah.. terus..!” terlihat tubuh Bu Vina bergerak-gerak dengan lembut mengikuti sentuhan tangan Robby.
“Tapi, Robby, Ibu tidak ingin dalam keadaan begini, Ibu ingin kamu melepas tali pengikat tangan Ibu, biar Ibu bisa menyentuh tubuhmu juga..!” pinta Ibu Vina memelas.
“Baiklah Bu.”
Sedetik kemudian Robby sudah melepaskan ikatan tali di tangan Bu Vina. Setelah itu Robby duduk di pinggir tempat tidur sambil kedua tangannya terus mengusap-usap dan meremas-remas perut dan payudara Bu Vina.
“Nah, begini kan enak..,” kata Bu Vina.
Sesaat kemudian ganti tangan Bu Vina yang meremas-remas dan menarik maju mundur kemaluan Robby, tidak lama kemudian kemaluan Robby yang diremas-remas oleh Bu Vina mulai mengencang dan mengeras. Benar-benar hebat si Robby ini, dimana tadi kemaluannya sudah terpakai sekarang mengeras lagi. Benar-benar hyper dia.
“Oh.., Robby, kemaluanmu begitu keras dan kencang, begitu panjang dan besar, ingin Ibu memasukkannya ke dalam vagina Ibu.” kata Bu Vina lirih sambil terus mempermainkan kemaluan Robby yang sudah membesar itu.
Diperlakukan sedemikian rupa, Robby hanya dapat mendesah-desah menahan keenakan.
“Bu Vina, oh Bu Vina, terus Bu Vina..!” pinta Robby memelas.
Semakin hebat permainan seks yang mereka lakukan berdua, semakin hot, terdengar desahan-desahan dan rintihan-rintihan kecil yang keluar dari mulut mereka berdua.
“Oh Robby, naiklah ke atas tempat tidur, naiklah ke atas tubuhku, luapkan hasratmu, puaskan diriku, berikanlah kenikmatanmu pada Ibu..! Ibu sudah tak tahan lagi, ibu sudah tak sabar lagi..” desis Bu Vina memelas dan memohon.
Sesaat kemudian Robby sudah naik ke atas tempat tidur, langsung menindih tubuh Bu Vina yang telanjang itu, sambil terus menciumi dan meremas-remas payudara Bu Vina yang indah itu.
“Oh, ah, oh, ah.., Robby oh..!” tidak ada kata yang lain yang dapat diucapkan Bu Vina yang selain merintih dan mendesah-desah, begitu juga dengan Robby yang hanya dapat mendesis dan mendesah, sambil menggosok-gosokkan kemaluannya di atas permukaan vagina Bu Vina. Reflek Bu Vina memeluk erat-erat tubuh Robby sambil sesekali mengusap-usap punggung Robby.
Sampai suatu ketika, tangan Bu Vina memegang kemaluan Robby dan memasukkannya ke dalam vaginanya. Pelan dan pasti Robby mulai memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Vina, sambil kedua kakinya bergerak menggeser kedua kaki Bu Vina agar merenggang dan tidak merapat, lalu menjepit kedua kaki Bu Vina dengan kedua kakinya untuk terus telentang. Akhirnya setelah sekian lama berusaha, karena memang tadi Robby sudah memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Vina, sekarang agak gampang Robby menembusnya, Robby sudah berhasil memasukkan seluruh batang kemaluannya ke dalam vagina Bu Vina.
Kemudian dengan reflek Robby menggerakkan kedua pantatnya maju mundur teru-menerus sambil menghunjamkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Vina.
“Slep.., slep.., slep..,” terdengar ketika Robby melakukan aktivitasnya itu.
Terlihat tubuh Bu Vina bergerak menggelinjang keenakan sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya mengikuti irama gerakan pantat Robby.
“Ah.., ah.., oh.. Robby.., jangan lepaskan, teruskan, teruskan, jangan berhenti Robby, oh.., oh..!” terdengar rintihan dan desahan nafas Bu Vina yang keenakan.
Lama Robby melakukan aktivirasnya itu, menarik dan memasukkan kemaluannya terus-menerus ke dalam vagina Bu Vina. Sambil mulutnya terus menciumi dan mengulum kedua puting payudara Bu Vina.
“Oh.., ah.. Bu Vina, oh.., kamu memang cantik Bu Vina, akan kulakukan apa saja untuk bisa memuaskan hasrat birahimu, ih.., oh..!” desis Robby keenakan.
“Oh.., Robby.., bahagiakanlah Ibu malam ini dan seterusnya, oh Robby.., Ibu sudah tak tahan lagi, oh.., ah..!”
Semakin cepat gerakan Robby menarik dan memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Vina, semakin hebat pula goyangan pantat Bu Vina mengikuti irama permainan Robby, sambil tubuhnya terus menggelinjang bergerak-gerak tidak beraturan.
Semakin panas permainan seks mereka berdua, sampai akhirnya Bu Vina merintih, “Oh.., ah.., Robby.., Ibu sudah tak tahan lagi, Ibu sudah tak kuat lagi, Ibu mau keluar, oh Robby.., kamu memang perkasa..!”
“Keluarkan Bu..! Keluarkanlah..! Puaskan diri Ibu..! Puaskan hasrat Ibu sampai ke puncaknya..!” desis Robby menimpali.
“Mari kita keluarkan bersama-sama Bu Vina..! Oh, aku juga sudah tak tahan lagi,” desis Robby kemudian.
Setelah berkata begitu, Robby menambah genjotannya terhadap Bu Vina, terus-menerus tanpa henti, semakin cepat, semakin panas, terlihat sekali kedua tubuh yang basah oleh keringat dan telanjang itu menyatu begitu serasi dengan posisi tubuh Robby menindih tubuh Bu Vina.
Sampai akhirnya Robby merasakan tubuhnya mengejang hebat, begitu pula dengan tubuh Bu Vina. Keduanya saling merapatkan tubuhnya masing-masing lebih dalam, seakan-akan tidak ada yang memisahkannya.
“Ser.., ser.., ser..!” terasa keluar cairan kenikmatan keluar dari ujung kemaluan Robby mengalir ke dalam vagina Bu Vina, begitu nikmat seakan-akan seperti terbang ke langit ke tujuh, begitu pula dengan tubuh Bu Vina seakan-akan melayang-layang tanpa henti di udara menikmati kepuasan yang diberikan oleh Robby.
Sampai akhirnya mereka berdua berhenti karena merasa kelelahan yang amat sangat setelah bercinta begitu hebat.
Sejenak kemudian, masih dengan posisi yang saling menindih, terpancar senyum kepuasan dari mulut Bu Vina.
“Robby, terima kasih atas apa yang telah kau berikan pada Ibu..,” kata Bu Vina sambil tangannya mengelus-elus rambut Robby.
“Sama-sama Bu, aku juga puas karena sudah membuat Ibu berhasil memuaskan hasrat birahi Ibu,” sahut Robby dengan posisi menyandarkan kepalanya di atas dada Bu Vina.
Suasana yang begitu mesra.
“Selama disini, mulai malam ini dan seterusnya, Ibu ingin kamu selalu memberi kepuasan birahi Ibu..!” pinta Ibu Vina.
“Saya berjanji Bu, saya akan selalu memberikan yang terbaik bagi Ibu..,” kata Robby kemudian.
“Ah, kamu bisa saja Wan,” tersungging senyum di bibir Bu Vina.
“Tapi, ngomong-ngomong bagaimana dengan Ida dan Bik Sumi..?” tanya Robby.
“Lho, kita kan bisa mencari waktu yang tepat. Disaat Ida berangkat sekolah juga bisa, dan Bik Sumi di dapur. Di saat keduanya tidur pun kita bisa melakukannya. Pokoknya setiap saat dan setiap waktu..!” jawab Bu Vina manja sambil tangannya mengusap-usap punggung Robby.
Sejenak Robby memandang wajah Bu Vina, sesaat kemudian keduanya sama-sama tertawa kecil. Akhirnya apa yang mereka pendam berdua terlampiaskan sudah. Sambil dengan keadaan yang masih telanjang dan posisi saling merangkul mesra, mereka akhirnya tertidur kelelahan.

Untuk Film Selengkapnya Klik Gambar Dibawah Ini :



Directed By :  www.289bet.com

Agen Joker123 Terbaik - Cerita Sex Perawanku Direnggut Pacarku

Agen Joker123 Terbaik - Cerita Sex Perawanku Direnggut PacarkuSebelumnya perkenalkan, namaku Maya… pertama kali aku mengenal cinta, dunia ini menjadi terasa indah bagiku. Hanya sayangnya cinta pertamaku ini jatuh tidak pada orang yang tepat. Dia seorang pria beristri dan berkeluarga. Jadilah cinta kami berjalan sembunyi-bunyi. Aku mengenal pria tersebut ketika datang pada acara ulang tahun temenku. Dia saat itu menjadi event organizer acara tersebut.
Pertama melihatnya aku sudah jatuh hati padanya. Selain dia pria yang ganteng badannya juga atletis, siapapun cewek pasti akan jatuh hati kepadanya.


Agen Joker123 Terbaik - “Maya, ini Dian, dia yang nyelenggaraan pesta ini, asik kan pestanya. Kamu nemenin Dian ngobrol ya”. Temanku itu tau kalo aku suka dengan pria yang umurnya jauh lebih tua dari aku.Kami jadi asik ngobrol ngalor ngidul. Dia sangat humoris sehingga aku selalu terpingkal-pingkal mendengar guyonannya. Makin lama guyonannya makin mengarah yang vulgar, aku sih ok aja. Ketika acara makan, dia menemani aku menikmati hidangan yang tersedia. Ketika acara dansa, dia mengajak aku turun, ketika itu lagunya slow. Aku larut dalam dekapannya yang sangat mesra. Dia berbisik:
“Maya, kamu cantik sekali, kamu yang paling cantik dari semua prempuan yang dateng ke pesta ini. Aku suka kamu Maya”. “Dian kan dah punya keluarga, masak sih suka ma abg kaya aku”.
“Justru karena kamu masih abg, kecantikan kamu masih sangat alami,
bukan polesan make up yang tebal”.
Memang sih dandananku biasa saja, tanpa make up yang tebal. Perempuan mana sih yang gak suka dipuji lelaki yang kebetulan dikaguminya. Ketika pulang dia mengantarkan aku pulang, sebelum aku turun dari mobil, pipiku dikecupnya,
“Kapan-kapan kita ketemuan lagi ya Maya, ni nomer hpku”. Kami bertukaran nomer hp.
Sejak pertemuan pertama itu, kami sering jumpa di mal, di bioskop atau ditempat fitnes.
Cerita Sex – Keperawanku Direnggut Suami Orang | Karena dia tau aku suka fitnes, makanya diapun mendaftar menjadi member ditempat aku biasa fitnes. Karena sering ketemu, hubungan kami makin lama makin akrab. Dia adalah lelaki pertama yang mencium bibirku. Itu kejadiannya ketika kami sedang dibioskop. Karena bukan weekend, jumlah penontonnya sedikit, sehingga dia milih tempat duduk yang jauh dari penonton lain. Dia berbisik:
“Maya, aku sayang banget ma kamu. Kamu?’
“Aku juga sayang ma Dian, sayangnya ma dah keluarga ya”.
“Kita jalani aja dulu Maya, gak apa kan kalo backstreet kaya gini. Pokoknya aku akan berusaha untuk ketemu kamu sesering mungkin, sayang”. Dia meluncurkan rayuan mutnya, sehingga aku makin berbung-bunga.
“Maya..”, panggilnya lagi. aku menoleh karahnya.
Karena duduk kami berdempetan, dia langusng merangkul pundaknya dan mendekatkan bibirnya ke bibirku. aku memejamkan mataku, terasa lembut sekali bibirnya menyentuh bibirku, kemudian terasa bibirnya mulai mengisap bibirku. aku pasrah ketika dia cukup lama mengecup bibirku.
“Dian”, desahku ketika dia melepas bibirnya, seakan aku gak rela dia melepaskan bibirku.
Diapun mengecup bibirku lagi, kali ini lebih lama lagi. Demikianlah sepanjang film itu kami tidak menikmati filmnya tetapi aku menikmati bagaimana bibirnya mengulum-ngulu bibirku.
“Dian, aku sayang sekali ma Dian, aku mau jadi pacar Dian”.
Sejak kejadian dibioskop itu, kami menjadi rutin berciuman kalo ketemu, paling tidak kami melakukannya sebentar di mobil sebelum mobil jalan atau sebelum aku turun didepan rumahku. Temenku mengingatkan aku agar jangan terlalu larut dalam berhubungan dengan Dian, karena dia dah berkeluarga.
“Nanti kamu yang nyesel lo kalo dia harus mutusin hubungan kamu dengan dia”. Tapi aku tidak mengindahkan himbauan temanku. Aku seakan buta tertutup cinta yang makin lama makin berkobar-kobar.
Sampai suatu weekend, dia mengajakku ke satu vila diluar kota, katanya dia mau survei tempat itu karena akan diadakan perhelatan disana.
“Temenin aku yuk, mumpung bisa keluar kota ma kamu. Mau ya sayang”. Karena aku dah lama pengen berdua dia seharian, aku turuti saja ajakannya.
Ke ortu, aku pamit mo jalan ma temen2 ke vila mereka. Aku seneng sekali ketika dah duduk disebelahnya dalam mobilnya. Mobilnya meluncur arah luar kota. Saat itu aku mengenakan celana ketat dari kain yang cukup tipis berwarna putih sehingga bentuk bokongku yang bulat padat begitu kentara, dan bahkan saking ketatnya CDku sampai kelihatan sekali berbentuk segitiga.
Atasannya aku mengenakan baju kaos putih ketat dan polos sehingga bentuk toketku yang membulat terlihat jelas, kaosku yang cukup tipis membuat braku yang berwarna putih terpampang jelas sekali.
“Maya, kamu seksi sekali deh pake pakean kaya gitu”.
“Dian suka kan”. “Suka banget, palagi kalo amu gak pake baju Maya”.
“Ih Dian, mulai deh genit, aku turun disini aja deh”, aku pura-pura merajuk, padahal dalam hati seneng sekali mendengar pujiannya.
“Ya udah turun aja he he”, tertawanya berderai ketika dia mengatakan hal itu, tetpi mobil tetap melaju kencang. “Katanya disuruh turun, kok gak minggir”.
“Loncat aja kalo berani”.
“Dian, iih”, kataku sambil mencubit pinggangnya, mesra.
Dia menggeliat kegelian,
“Jangan diklitikin dong, nanti nabrak lo”.
“abis Dian sih mulai duluan”. Sepanjang jalan kami bercanda rian, sesekali tangannya gantian menggelitiki pinggangku, sehingga aku menggelinjang.
Kadang tangannya mendarat di pahaku dan mengelus2nya sampe kedeket pangkal pahaku. aku menjadi merinding karena rabaannya. Maklum deh dia pria pertama yang melakukan hal ini.
“Maas”, aku hanya melenguh ketika pahaku dielus-elus begitu.
Karena aku tidak menolak, maka dia meneruskan elusannya dipahaku. aku menjadi gelisah, dudukku gak bisa diam, ada rasa geli bercampur nikmat dan aku merasa pengen kencing.
“Dian maih jauh ya”.
“Napa Maya”.
“aku pengen pipis”.
“Bentar lagi juga sampe. Itu bukan pengen pipis biasa Maya”.
“abis apaan?”
“Pasti kamu terangsang ya karena aku ngelus2 paha kamu”.
“Ih”, kucubit lagi pinggangnya.
Cerita Sex – Keperawanku Direnggut Suami Orang | Mobilnya sudah masuk ke satu vila. Ada seorang bapak-bapak yang menyambut di gerbang vila. Dia orang yang ditugaskan pemilik vila untuk menunggui vila itu. Aku keluar dari mobil, ikut dengan dia melihat lokasi. Vilanya tidak terlalu besar tetapi halamannya luas. Dia mulai mengeluarkan catatannya, mengukur sana mengukur sini, mencoret2 di buku catatannya. Kadang dia menanyakan pendapatku tentang satu hal. Aku menjawab setauku saja.
“Setelah selesai, dia berkata kepada si bapak,
“Pak kami mo menginap di vila ini”.
“Iya, yang punya dah kasi tau bapak, ya silahkan saja pak. sudah saya sediakan makanan secukupnya di lemari es, kalo mo makan ya silahkan dihangatkan dulu. soalnya bapak mo pulang”. Si bapak meninggalkan kami berdua.
“Maya, kita honimun ya”, katanya sambil tersenyum.
aku jadi berdebar2membayangkan apa yang aka dilakukannya padaku. Aku sering mendengar cerita teman2ku ang sudah pernah berhubungan sex dengan cowo2nya, mendengar betapa nikmatnya kalo memek kemasukan kontol. Aku jadi merinding sendiri, aku pengen juga mengalami kenikmatan itu.
Aku menghempaskan pantatku di sofa, dia menyusulku segera dan duduk rapat di sampingku,
“Maya sayang” katanya sambil menggenggam erat dan mesra kedua belah tanganku.
Selesai berkata begitu dia mendekatkan mukanya ke wajahku, dengan cepat dia mengecup bibirku dengan lembut. Hidung kami bersentuhan lembut. Dia mengulum bibir bawahku, disedot sedikit. Lima detik kemudian, dia melepaskan kecupan bibirnya dari bibirku. Aku saat kukecup tadi memejamkan mata,
“Aku pengen melakukan itu ma kamu, sayang. Kamu bersediakah?”, rayunya lebih lanjut.
Dia berusaha mengecup bibirku lagi, namun dengan cepat aku melepaskan tangan kananku dari remasannya, dadanya kutahan dengan lembut.
“Diann” bisikku lirih. “Maya sayang, mau ya”, rayunya lagi.
“Tapi Diann, aku takut Dian”, jawabku.
“Takut apa sayang, katakanlah”, bisiknya kembali sambil meraih tanganku.
“Aku takut Dian nanti meninggalkan aku”, bisikku.
Dia menggenggam kuat kedua tanganku lalu secepat kilat dia mengecup bibirku.
“Maya sayangku, aku terus terang tidak bisa menjanjikan apa-apa sama kamu tapi percayalah aku akan membuktikannya kepadamu, aku akan selalu sayang sama kamu”, bujuknya untuk lebih meyakinkanku.
“Tapi Dian” bisikku masih ragu.
“Maya, percayalah, apa aku perlu bersumpah sayang, kita memang masih baru beberapa bulan kenal sayang, tapi percayalah, yakinlah sayang, kalau Tuhan menghendaki kita pasti selalu bersama sayang”, rayunya lagi.
“Lalu kalau aku sampai hamil gimana Diann?” ujarku sembari menatapnya.
”Aah, jangan khawatir sayang, aku akan bertanggung jawab semuanya kalau kamu sampai hamil, bagaimana sayang?” bisiknya.
Rasioku sudah tidak jalan dengan baik, tertutup oleh rayuan mautnya dan rasa ingin merasakan kenikmatan yang makin menggebu.
Tangannya bergerak semakin berani, yang tadinya hanya meremas jemari tangan kini mulai meraba ke atas menelusuri dari pergelangan tangan terus ke lengan sampai ke bahu lalu diremasnya dengan lembut. Dia memandangi toketku dari balik baju kaosku yang ketat,
“Dian harus janji dulu sebelum…” aku tak melanjutkan ucapanku.
“Sebelum apa sayang, katakanlah”, bisiknya tak sabar.
Kini jemari tangan kanannya mulai semakin nekat menggerayangi pinggulku, ketika jemarinya merayap ke belakang diusapnya belahan pantatku lalu diremasnya dengan gemas.
“aahh… Dian”, aku merintih pelan.
“Dian aah Diannn.. aku rela menyerahkan semuanya asal Dian mau bertanggung jawab nantinya”, aku berbisik semakin lemah, saat itu jemari tangan kanannya bergerak semakin menggila, menelusup ke pangkal pahaku, dan mulai mengelus gundukan bukit memekku.
Diusapnya perlahan dari balik celanaku yang amat ketat, dua detik kemudian dia memaksa masuk jemari tangannya di selangkanganku dan bukit memekku itu telah berada dalam genggaman tangannya. Aku menggelinjang kecil, saat jemari tangannya mulai meremas perlahan. Dia mendekatkan mulutnya kembali ke bibirku hendak mencium, namun aku menahan dadanya dengan tangan kananku,
“eeehh Dian..berjanjilah dulu Dian”, bisikku di antara desahan nafasnya yang mulai sedikit memburu.
“Oooh Maya sayang, aku berjanji untuk bertanggung jawab, aahh aku menginginkan keperawananmu sayang”, ucapnya.
Sementara jemari tangannya yang sedang berada di sela-sela selangkangan pahaku itu meremas gundukan memekku lagi.
“Ba.. baiklah Dian, aku percaya sama Dian”, bisikku.
“Jadi?” tanyanya.
“hh. lakukanlah Diann, aku milik Dian seutuhnya.. hh..” jawabku.
“Benarkah? ooh..Maya sayanggg.” Secepat kilat bibirku kembali dikecup dan dikulumnya, digigit lembut, disedot.
Hidung kami bersentuhan lembut. Dengus nafasku terdengar memburu saat dia mengecup dan mengulum bibirku cukup lama.
DIa mempermainkan lidahnya di dalam mulutku, aku mulai berani membalas cumbuannya dengan menggigit lembut dan mengulum lidahnya dengan bibirku. Lidah kami bersentuhan, lalu dia mengecup dan mengulum bibir atas dan bawahku secara bergantian. Terdengar suara kecapan-kecapan kecil saat bibir kami saling mengecup. “aah Maya sayang, kamu pintar sekali, kamu pernah punya pacar yaach?” tanyanya curiga.
“Mm aku belum pernah punya pacar Dian, kan Dian yang selama ini ngajari aku ciuman”, sahutku.
“Wah kamu belajarnya cepat seklai ya, jangan-jangan kamu sering nonton film porno yaa?” godanya.
Aku tersenyum malu, dan wajahku pun tiba-tiba bersemu merah, aku menundukkan mukaku, malu.
“I…iya Dian, beberapa kali”, sahutku terus terang sambil tetap menundukkan muka.
“Maya sayang, kamu nggak kecewa khan karena aku benar-benar sangat menginginkan keperawananmu sayang?” tanyanya. “Aku serahkan apa yang bisa aku persembahkan buat Dian, aku ikhlas, lakukanlah Dian kalau Dian benar-benar menginginkannya”, sahutku lirih.
Jemari tangan kanannya yang masih berada di selangkanganku mulai bergerak menekan ke gundukan memekku yang masih perawan, lalu diusap-usap ke atas dan ke bawah dengan gemas. Aku memekik kecil dan mengeluh lirih, kupejamkan mataku rapat-rapat, sementara wajahku nampak sedikit berkeringat. Dia meraih kepalaku dalam pelukannya dengan tangan kiri dan dia mencium rambutku.
“Oooh Diannn”, bisikku lirih.
“Enaak sayang diusap-usap begini”, tanyanya.
“hh… iiyyaa Diann”, bisikku polos.
Jemarinya kini bukan cuma mengusap tapi mulai meremas bukit memekku dengan sangat gemas.
“sakit Dian aawww” aku memekik kecil dan pinggulku menggelinjang keras.
Kedua pahaku yang tadi menjepit pergelangan tangan kanannya kurenggangkan. Dia mengangkat wajah dan daguku kearahnya, sambil merengkuh tubuhku agar lebih merapat ke badannya lalu kembali dia mengecup dan mencumbu bibirku dengan bernafsu.
Puas mengusap-usap bukit memekku, kini jemari tangan kanannya bergerak merayap ke atas, mulai dari pangkal paha terus ke atas menelusuri pinggang sampai ujung jemarinya berada di bagian bawah toketku yang sebelah kiri. Dia mengelus perlahan di situ lalu mulai mendaki perlahan, akhirnya jemari tangannya seketika meremas kuat toketku dengan gemasnya. Seketika itu pula aku melepaskan bibirku dari kuluman bibirnya, “aawww… Dian sakitt, jangan keras-keras dong meremasnya”, protesku. Kini secara bergantian jemari tangannya meremas kedua toketku dengan lebih lembut. Aku menatapnya dan membiarkan tangannya menjamah dan meremas-remas kedua toketku.
“Auuggghh..” tiba-tiba dia menjerit lumayan keras dan meloncat berdiri. Aku yang tadinya sedang menikmati remasan pada toketku jadi ikutan kaget.
“Eeehh kenapa Dian?”
“Aahh anu sayang… kontolku sakit nih”, sahutnya sambil buru-buru membuka celana panjangnya di hadapanku.
Aku tak menyangka dia berbuat demikian hanya memandangnya dengan terbelalak kaget. Dia membuka sekalian CDku dan “Tooiiing”, kontolnya yang sudah tegang itu langsung mencuat dan mengacung keluar mengangguk-anggukan kepalanya naik turun .
“aawww… Dian jorok”, aku menjerit kecil sambil memalingkan mukaku ke samping dan menutup mukaku dengan tangan. “He…he…” dia terkekeh geli, batang kontolnya sudah kelihatan tegang berat, urat-urat di
permukaan kontolnya sampai menonjol keluar semua.
Batang kontolnya bentuknya montok, berurat, dan besar. Sementara aku masih menutup muka tanpa bersuara, dia mengocok kontolnya dengan tangan kanannya,
“Uuuaahh…nikmatnya”.
“Maya sebentar yaa… aku mau cuci kontolku dulu yaa… bau nih soalnya”, katanya sambil ngibrit ke belakang, kontolnya yang sedang “ON” tegang itu jadi terpontang-panting sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ke sana ke mari ketika dia berlari.
Aku masih terduduk di atas sofa dan begitu melihatnya keluar berlari tanpa pakai celana jadi terkejut lagi melihat kontolnya yang sedang tegang bergerak manggut-manggut naik turun. “aawww…” teriakku kembali sembari menutup mukaku dengan kedua jemari tanganku.
“Iiihh… Maya… takut apa sih, kok mukanya ditutup begitu”, tanyanya geli.
“Itu Dian, kontol Dian”, sahutku lirih.
“Lhoo… katanya sudah sering nonton BF kok masih takut, kamu kan pasti sudah lihat di film itu kalau kontol cowok itu bentuknya gini”, sahutnya geli.
“Iya…m..Dian, tapi kontol Dian mm besar sekalii”, sahutku masih sambil menutup muka.
“Yaach… ini sih kecil dibanding di film nggak ada apa-apanya, itu khan film barat, kontol mereka jauh lebih gueedhee… kalau kontolku kan ukuran orang Indonesia sayang, ayo sini dong kontolku kamu pegang sayang, ini kan milik kamu juga”, sahutnya nakal.
“Iiih… malu aah Dian, jorok.”
“Alaa.. malu-malu sih sayang, aku yang telanjang saja nggak malu sama kamu, masa kamu yang masih pakaian lengkap malu, ayo dong sayang kontol Dian dipegang biar kamu bisa merasakan milik kamu sendiri”, sahutnya sembari meraih kedua tanganku yang masih menutupi mukaku. pada mulanya aku menolak sambil memalingkan wajahku ke samping, namun setelah dirayu-rayu akhirnya aku mau juga.
kedua tanganku dibimbingnya ke arah selangkangannya, namun kedua mataku masih kupejamkan rapat. Jemari kedua tanganku mulai menyentuh kepala kontolnya yang sedang ngaceng. Mulanya jemari tanganku hendak kutarik lagi saat menyentuh kontolnya yang ngaceng namun karena dia memegang kedua tanganku dengan kuat, dan memaksanya untuk memegang kontolnya itu, akhirnya aku hanya menurut saja.
Pertama kali aku hanya mau memegang dengan kedua jemarinya. “Aah… terus sayang pegang erat dengan kedua tanganmu”, rayunya penuh nafsu.
“Iiih… keras sekali Dian”, bisikku sambil tetap memejamkan mata.
“Iya sayang, itu tandanya aku sedang ngaceng sayang, ayo dong digenggam dengan kedua tanganmu, aahh…” dia mengerang nikmat saat tiba-tiba saja aku bukannya menggenggam tapi malah meremas kuat.
Aku terpekik kaget, “Iiih sakit Diann…” tanyaku.
Aku menatapnya gugup.
“Ooouhh jangan dilepas sayang, remas seperti tadi lekas sayang oohh…” erangnya lirih.
Aku yang semula agak gugup, menjadi mengerti lalu jemari kedua tanganku yang tadi sedikit merenggang kini bergerak dan meremas kontolnya seperti tadi. Dia melenguh nikmat. Aku kini sudah berani menatap kontolnya yang kini sedang kuremas, jemari kedua tanganku itu secara bergantian meremas batang dan kepala kontolnya. Jemari kiri berada di atas kepala kontolnya sedang jemari yang kanan meremas kontolnya. .dia hanya bisa melenguh panjang pendek.
“.sshh…Maya… terusss sayang, yaahh… ohh…ssshh”, lenguhnya keenakan.
Cerita Mesum Perawanku Direnggut Pacarku – Aku memandangnya sambil tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah itu kugenggam dan kuremas seperti semula tetapi kemudian aku mulai memompa dan mengocok kontolnya itu maju mundur.
“Aakkkhh… ssshh” dia menggelinjang menahan nikmat.
Aku semakin bersemangat melihatnya merasakan kenikmatan, kedua tanganku bergerak makin cepat maju mundur mengocok kontolnya. Dia semakin tak terkendali,
“Maya… aahhgghh… sshh…awas pejuku mau keluarr” teriaknya keras.
aku meloncat berdiri begitu dia mengatakan kalimat itu, aku melepaskan remasan tanganku dan berdiri ke sebelahnya, sementara pandangan mataku tetap ke arah kontolnya yang baru kukocok.
“Kamu kok lari sih…” bisiknya lirih disisiku.
“Tadi katanya pejunya mau keluar Diann… kok nggak jadi?” tanyaku polos.
Rupanya dia gak mau ngecret karena aku kocok makanya dia bilang pejunya mau keluar.
Dia meraih tubuhku yang berada di sampingnya dan dipeluknya dengan gemas, aku menggelinjang saat dia merapatkan badannya ke tubuhku sehingga toketku yang bundar montok menekan dadanya yang bidang. Aku merangkulkan kedua lenganku ke lehernya, dan tiba-tiba ia pun mengecup bibirku dengan mesra, kemudian dilumatnya bibirku sampai aku megap-megap kehabisan napas. Terasa kontolnya yang masih full ngaceng itu menekan kuat bagian pusarku, karena memang tubuhnya lebih tinggi dariku.
Sementara bibir kami bertautan mesra, jemari tangannya mulai menggerayangi bagian bawah tubuhku, dua detik kemudian jemari kedua tangannya telah berada di atas bulatan kedua belah bokongku. Diremasnya dengan gemas, jemarinya bergerak memutar di bokongku. Aku merintih dan mengerang kecil dalam cumbuannya. Lalu dia merapatkan bagian bawah tubuhnya ke depan sehingga mau tak mau kontolnya yang tetap tegang itu jadi terdesak perutku lalu menghadap ke atas. Aku tak memberontak dan diam saja.
Sementara itu dia mulai menggesek-gesekkan kontolnya yang tegang itu di perutku. Namun baru juga 10 detik aku melepaskan ciuman dan pelukannya dan tertawa-tawa kecil,
“Kamu apaan sih kok ketawa”, tanyanya heran.
“Abisnya… Dian sih, kan aku geli digesekin kaya gitu”, sahutku sambil terus tertawa kecil.
Dia segera merengkuh tubuhku kembali ke dalam pelukannya, dan aku tak menolak saat dia menyuruhku untuk meremas kontolnya seperti tadi. Segera jemari tangan kananku mengusap dan mengelus-elus kontolnya dan sesekali kuremas. Dia menggelinjang nikmat.
“aagghh… Maya… terus sayang…” bisiknya mesra.
Wajah kami saling berdekatan dan aku memandang wajahnya yang sedang meringis menahan rasa nikmat.
“Enaak ya Diann…” bisikku mesra. Jemari tanganku semakin gemas saja mempermainkan kontolnya bahkan mulai kukocok seperti tadi.
Dia melepaskan kecupan dan pelukanku.
“Gerah nih sayang, aku buka baju dulu yaah sayang”, katanya sambil terus mencopot kancing kemejanya satu persatu lalu dilemparkan sekenanya ke samping.
Kini dia benar-benar polos dan telanjang bulat di hadapanku. Aku masih tetap mengocok kontolnya maju mundur.
“Sayang… kau suka yaa sama kontolku”, katanya.
Sambil tetap mengocok kontolnya aku menjawab dengan polos.
“suka sih Dian… habis kontol Dian lucu juga, keras banget Dian kayak kayu”, ujarku tanpa malu-malu lagi.
“Lucu apanya sih?” tanyanya.
Aku memandangnya sambil tersenyum
“pokoknya lucu saja”, bisikku lirih tanpa penjelasan.
“Gitu yaa… kalau memek kamu seperti apa yaa… aku pengen liat dong”, katanya.
Aku mendelik sambil melepaskan tanganku dari kontolnya.
“Dian jorok ahh…” sahutku malu-malu. “Ayo, aku sudah kepengen ngerasain nih… aku buka ya celana kamu”, katanya lagi.
Dan dengan cepat dia berjongkok di depanku, kedua tangannya meraih pinggulku dan didekatkan ke arahnya. Pada mulanya aku agak memberontak dan menolak tangannya namun begitu aku memandang wajahnya yang tersenyum padaku akhirnya aku hanya pasrah dan mandah saat jemari kedua tangannya mulai gerilya mencari ritsluiting celana ketatku yang berwarna putih itu.
Mukanya persis di depan selangkanganku sehingga dia dapat melihat gundukan bukit memekku dari balik celana ketatku. Dia semakin tak sabar, dan begitu menemukan ritsluitingku segera ditariknya ke bawah sampai terbuka, kebetulan aku tak memakai sabuk sehingga dengan mudah dia meloloskan dan memplorotkan celanaku sampai ke bawah. Sementara pandangannya tak pernah lepas dari selangkanganku, dan kini terpampanglah di depannya CDku yang berwarna putih bersih itu tampak sedikit menonjol di tengahnya. Terlihat dari CDku yang cukup tipis itu ada warna kehitaman, jembutku. Waahh… dia memandang ke atas dan aku menatapnya sambil tetap tersenyum.
“Aku buka ya.. CDnya”, tanyanya.
Aku hanya menganggukan kepala perlahan. Dengan gemetar jemari kedua tangannya kembali merayap ke atas menelusuri dari kedua betisku terus ke atas sampai kedua belah paha, dia mengusap perlahan dan mulai meremas.
“Oooh…Diannn” aku merintih kecil.
kemudian jemari kedua tangannya merayap ke belakang kebelahan bokongku yang bulat. Dia meremas gemas disitu. Ketika jemari tangannya menyentuh tali karet CDku yang bagian atas, sreeet… secepat kilat ditariknya ke bawah CDku itu dengan gemas dan kini terpampanglah sudah daerah ‘forbidden’ ku.
Menggembung membentuk seperti sebuah gundukan bukit kecil mulai dari bawah pusarku sampai ke bawah di antara kedua belah pangkal pahaku, sementara di bagian tengah gundukan bukit memekku terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah ke bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang memekku. Dan di sekitar situ ada jembut yang cukup lebat.
“Oohh.. Maya, indahnya…” Hanya kalimat itu yang sanggup diucapkan saat itu.
Dia mendongak ketika aku sedang membuka baju kaosku, setelah melemparkan kaos sekenanya kedua tanganku lalu menekuk ke belakang punggungnya hendak membuka braku dan tesss… bra itupun terlepas jatuh di mukanya. Selanjutnya aku melepas juga celana dan CDku yang masih tersangkut di mata kakiku, lalu sambil tetap berdiri di depannya, aku tersenyum manis kepadanya, walaupun wajahku sedikit memerah karena malu.
Toketku berbentuk bulat seperti buah apel, besarnya kira-kira sebesar dua kali bola tenis, warnanya putih bersih hanya pentil kecilnya saja yang tampak berwarna merah muda kecoklatan.
“kamu cantik sekali sayang”, bisiknya lirih.
Aku mengulurkan kedua tanganku kepadanya mengajaknya berdiri lagi.
“Diann… aku sudah siap, aku sayang sama Dian, aku akan serahkan semuanya seperti yang Dian inginkan”, bisikku mesra.
Dia merangkul tubuhku yang telanjang. Badanku seperti kesetrum saat kulitku menyentuh kulit nya, kedua toketku yang bulat menekan lembut dadanya yang bidang. Jemari tangannya tergetar saat mengusap punggungku yang telanjang,
“Aahh.. Maya kita ngentot di kamar yuk, aku sudah kepingin ngen tot sayang”, bisiknya tanpa malu-malu lagi.
Aku hanya tersenyum dalam pelukannya. “Terserah Dian saja, mau ngentotnya dimana”, sahutku mesra.
Dengan penuh nafsu dia segera meraih tubuhku dan digendongnya ke dalam kamar. Direbahkannya tubuhku yang telanjang bulat itu di atas kasur busa di dalam kamar tengah, tempat tidur itu tak terlalu besar, untuk 2 orang pun harus berdempetan. Suasana dalam kamar kelihatan gelap karena semua gorden tertutup, gorden yang berada dalam kamar ini sama sekali tidak menghadap ke jalan umum namun menghadap ke kebun di belakang. Dia segera membuka gorden agar sinar matahari sore dapat masuk, dan benar saja begitu disibakkan sinar matahari dari arah barat langsung menerangi seluruh isi kamar.
Dia memandangi tubuhku yang telanjang bulat di ranjang. Segera dia menaiki ranjang, aku memandangnya sambil tersenyum. Dia merayap ke atas tubuhku yang bugil dan menindihnya, sepertinya dia sudah tak sabar ingin segera memasuki memekku.
“Buka pahamu sayang, aku ingin mengen totimu sekarang”, bisiknya bernafsu.
“Diannn…” aku hanya melenguh pasrah saat dia setengah menindih tubuhku dan kontolku yang tegang itu mulai menusuk celah memekku, tangannya tergetar saat membimbing kontolnya mengelus memekku lalu menelusup di antara kedua bibir memekku.
“Sayang, aku masukkan yaah… kalau sakit bilang sayang.. kamu kan masih perawan.”
“Pelan-pelan Dian”, bisikku pasrah.
Lalu dengan jemari tangan kanannya diarahkannya kepala kontolnya ke memekku. Aku memeluk pinggangnya mesra, sementara dia mencari liang memekku di antara belahan bukit memekku. Dia mencoba untuk menelusup celah bibir memekku bagian atas namun setelah ditekan ternyata jalan buntu.
“Agak ke bawah Dian, aahh kurang ke bawah lagi Dian… mm.. yah tekan di situ Dian… aawww pelan-pelan Dian sakiiit”, aku memekik kecil dan menggeliat kesakitan.
Akhirnya dia berhasil menemukan celah memekku itu setelah aku menuntunnya, diapun mulai menekan ke bawah, kepala kontolnya dipaksanya untuk menelusup ke dalam liang memekku yang sempit. Dia mengecup bibir ku sekilas lalu berkonsentrasi kembali untuk segera dapat membenamkan kontolnya seluruhnya ke dalam liang memekku. Aku mulai merintih dan memekik-mekik kecil ketika kepala kontolnya yang besar mulai berhasil menerobos liang memekku yang sangat-sangat sempit sekali.
“Tahan sayang…aku masukkan lagi, sempit sekali sayang aahh”, erangnya mulai merasakan kenikmatan dan kurasakan kepala kontolnya berhasil masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang memekku.
“aawwww…. masss sakiit…” teriakku memelas, tubuhku menggeliat kesakitan.
Dia berusaha menentramkan aku sambil mengecup mesra bibirku dan dilumat dengan perlahan. Lalu,
“tahan sayang, baru kepalanya yang masuk sayang, aku tekan lagi yaah”, bisiknya.
Tiba-tiba dia mencabut kembali kontolnya yang baru masuk kepalanya saja itu dengan perlahan.
“Ah… sayang, aku masukin nanti saja deh, liang memekmu masih sangat sempit dan kering sayang.”
“memekku sakit Dian”, erangku lirih.
“Yahh… aku tahu sayang kamu kan masih perawan, kita bercumbu dulu sayang, aku kepingin melihat kamu nyampe”, bisiknya bernafsu.
Segera dia merebahkan badannya di atas tubuhku dan dipeluknya dengan kasih sayang,
“Maya… hh.. bagaimana perasaanmu sayang”, bisiknya mesra. Aku memandangnya dan tertawa renyah.
“mm… aku bahagia sekali bersama Dian seperti ini, rasanya nikmat ya Dian berpelukan sambil telanjang kaya gini”, ujarku polos.
“Iyaa sayang, anggaplah aku suamimu saat ini sayang”, bisiknya nakal.
“Iih.. Dian, Dian cumbui isterimu dong, beri istrimu kenik…mmbhh”, belum sempat aku selesai ngomong, dia sudah melumat bibirku.
Aku membalas ciumannya dan melumat bibirnya dengan mesra.Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan aku langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya. Jemari tangan kirinya merayap ke bawah menelusuri sambil mengusap tubuhku mulai pundak terus ke bawah sampai ke pinggul dan diremasnya dengan gemas. Ketika tangannya bergerak kebelakang ke bulatan bokongku, dia mulai menggoyangkan seluruh badannya menggesek tubuhku yang bugil terutama pada bagian selangkangan dimana kontolnya yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan bukit memekku.
Dia menggerakkan pinggulnya secara memutar sambil menggesek-gesekkan batang kontolnya di permukaan bibir memekku sambil sesekali ditekan-tekan. Aku ikut-ikutan menggelinjang kegelian, beberapa kali kepala kontolnya yang tegang salah sasaran memasuki belahan bibir memekku seolah akan menembus liang memekku lagi. Aku hanya merintih kesakitan dan memekik kecil,
“Aawwww… Dian saakiit”, erangku.
“Aahh.. Maya… memekmu empuk sekali sayang, ssshh”, dia melenguh keenakan.
Beberapa menit kemudian setelah kami puas bercumbu bibir, dia menggeser tubuhnya kebawah sampai mukanya tepat berada di atas kedua bulatan toketku, kini ganti perutnya yang menekan memekku. Jemari kedua tangannya secara bersamaan mulai menggerayangi gunung “Fujiyama” milikku, dia mulai menggesekkan ujung-ujung jemarinya mulai dari bawah toketku di atas perut terus menuju gumpalan kedua toketku yang kenyal dan montok. Aku merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat.
“Dian, geli”, erangku lirih.
Beberapa saat dia mempermainkan kedua pentilku yang kemerahan dengan ujung jemarinya. Aku menggelinjang lagi, dipuntirnya sedikit pentilku dengan lembut.
” Dian…” aku semakin mendesah tak karuan.
Secara bersamaan akhirnya dia meremas-remas gemas kedua toketku dengan sepenuh nafsu.
“Aawww…Dian”, aku mengerang dan kedua tanganku memegangi kain sprei dengan kuat.
Dia semakin menggila tak puas meremas lalu mulutnya mulai menjilati kedua toketku secara bergantian. Lidahnya menjilati seluruh permukaan toketku itu sampai basah, mulai dari toket yang kiri lalu berpindah ke toket yang kanan, digigit-gigitnya pentilku secara bergantian sambil diremas-remas dengan gemas sampai aku berteriak-teriak kesakitan. Lima menit kemudian lidahnya bukan saja menjilati kini mulutnya mulai beraksi menghisap kedua pentilku sekuat-kuatnya.
Dia tak peduli aku menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali kedua jemari tanganku memegang dan meremasi rambutnya, sementara kedua tangannya tetap mencengkeram dan meremasi kedua toketku bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya. Bibir dan lidahnya dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua toketku. Di dalam mulutnya pentilku dipilin dengan lidahnya sambil terus dihisap. Aku hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika giginya menggigiti pentilku dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan toketku itu nampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitannya.
Cukup lama dia mengemut toketku, setelah itu bibir dan lidahnya kini merayap menurun ke bawah. Ketika lidahnya bermain di atas pusarku, aku mulai mengerang-erang kecil keenakan, dia mengecup dan membasahi seluruh perutku. Ketika dia bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirnya telah berada di atas gundukan bukit memekku.
“Buka pahamu Maya..” teriaknya tak sabar, posisi pahaku yang kurang membuka itu membuatnya kurang leluasa untuk mencumbu memekku itu.
“Oooh… Diannn”, aku hanya merintih lirih.
Dia membetulkan posisinya di atas selangkangan ku. Aku membuka ke dua belah pahaku lebar-lebar, aku sudah sangat terangsang sekali. Kedua tanganku masih tetap memegangi kain sprei, aku kelihatan tegang sekali.
“Sayang… jangan tegang begitu dong sayang”, katanya mesra.
“Lampiaskan saja perasaanmu, jangan takut kalau Maya merasa nikmat, teriak saja sayang biar puass….” katanya selanjutnya.
Sambil memejamkan mata aku berkata lirih.
“Iya Diann eenaak sih Diann”, kataku polos.
Dia memandangi memekku yang sudah ditumbuhi jembut namun kulit dimemekku dan sekitarnya itu tidak tampak keriput sedikitpun, masih kelihatan halus dan kencang. Bibir memekku kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada diantara kedua bibir memekku itu tertutup rapat.
“Dian… ngapain sih kok ngelamun, bau yaa Dian?” tanyaku sambil tersenyum. Wajahku sedikit kusut dan berkeringat.
”abisnya memekmu lucu sih, bau lagi”, balasnya nakal.
“Iiihh… jahat”, Belum habis berkata begitu aku memegang kepalanya dan mengucek-ucek rambutnya. Dia tertawa geli.
Selanjutnya aku menekan kepalanya ke bawah, sontak mukanya terutama hidung dan bibirnya langsung nyosor menekan memekku, hidungnya menyelip di antara kedua bibir memekku. Bibirnya mengecup bagian bawah bibir memekku dengan bernafsu, sementara jemari kedua tangannya merayap ke balik pahaku dan meremas bokongku yang bundar dengan gemas. Dia mulai mencumbui bibir memekku yang tebal itu secara bergantian seperti kalau dia mencium bibirku. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, dia berpindah untuk mengecup dan mengulum bibir memekku bagian bawah.
Karena ulahnya aku sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhku menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahaku sampai menjepit kepalanya yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir memekku. Dia memegangi kedua belah bokongku yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, sepertinya dia tak rela melepaskan pagutan bibirnya pada bibir memekku. aku mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup kuat saking nikmatnya.
Kedua tanganku meremasi rambutnya sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku. Kadang pantat kunaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang kugoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahnya pada seluruh permukaan memekku. aku berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis saking tak kuatnya menahan kenikmatan yang diciptakannya pada memekku. Tubuhku menggeliat hebat, kepalaku bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil mengerang tak karuan.
Dia semakin bersemangat melihat tingkahku, mulutnya semakin buas, dengan nafas setengah memburu disibakkannya bibir memekku dengan jemari tangan kanannya, terlihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurnya bercampur dengan cairan lendirku, agak sebelah bawah terlihat celah liang memekku yang amat sangat kecil dan berwarna kemerahan pula. Dia mencoba untuk membuka bibir memekku agak lebar, namun aku memekik kecil karena sakit.
“aawww Diannn.. sakiit”, pekikku kesakitan.
“maaf sayang, sakit yaa…” bisiknya khawatir.
Dia mengusap dengan lembut bibir memekku agar sakitnya hilang, sebentar kemudian lalu disibakkan kembali pelan-pelan bibir memekku, celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari liang memekku yang sempit itu ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, inilah itil, bagian paling sensitif dari memek wanita. Lalu secepat kilat dengan rakus lidahnya dijulurkan sekuatnya keluar dan mulai menyentil-nyentil daging itilku. Aku memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakiku ke bawah.
Aku mengejang hebat, pinggulku bergerak liar dan kaku, sehingga jilatannya pada itilku jadi luput. Dengan gemas dia memegang kuat-kuat kedua belah pahaku lalu kembali menempelkan bibir dan hidungnya di atas celah kedua bibir memekku, dia menjulurkan lidahnya keluar sepanjang mungkin lalu ditelusupkannya lidahnya menembus jepitan bibir memekku dan kembali menyentil nikmat itilku dan, aku memekik tertahan dan tubuhku kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakiku, pantat ku angkat ke atas sehingga lidahnya memasuki celah bibir memekku lebih dalam dan menyentil-nyentil itilku.
Begitu singkat karena tak sampai 1 menit aku terisak menangis dan ada semburan lemah dari dalam liang memekku berupa cairan hangat agak kental banyak sekali. Dia masih menyentil itilku beberapa saat sampai tubuhku terkulai lemah dan akhirnya pantatku pun jatuh kembali ke kasur. Aku melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru kurasakan, sementara dia masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar ketika aku nyampe. Seluruh selangkanganku tampak basah penuh air liur bercampur lendir yang kental. Dia menjilati seluruh permukaan memekku sampai agak kering,
“Sayaang… puas kan…” bisiknya lembut namun aku sama sekali tak menjawab, mataku terpejam rapat namun mulutku tersenyum bahagia.
“Giliranku sayang, aku mau masuk nih… tahan sakitnya sayang”, bisiknya lagi tanpa menunggu jawabannya.
Dia segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhku yang telanjang berkeringat. Toketku penuh lukisan hasil karyanya. Dengan agak kasar dia menarik kakiku ke atas dan ditumpangkannya kedua pahaku pada pangkal pahanya sehingga kini selangkanganku menjadi terbuka lebar. Dia menarik bokongku ke arahnya sehingga kontolnya langsung menempel di atas memekku yang masih basah. Dia mengusap-usapkan kepala kontolnya pada kedua belah bibir memekku dan lalu beberapa saat kemudian dengan nakal kontolnya ditepuk-tepukkan dengan gemas ke memekku.
Aku menggeliat manja dan tertawa kecil,
“Dian… iiih.. gelii.. aah”, jeritku manja.
“Sayaang, kontolku mau masuk nih… tahan yaa sakitnya”, bisiknya nakal penuh nafsu.
“Iiihh… jangan kasar ya Diannn… pelan-pelan saja masukinnya, aku takut sakiit”, sahutku polos penuh kepasrahan.
Sedikit disibakkannya bibir memekku dengan jemari kirinya, lalu diarahkannya kepala kontolnya yang besar ke liang memekku yang sempit. Dia mulai menekan dan aku pun meringis, dia tekan lagi… akhirnya perlahan-lahan mili demi mili liang memekku itu membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kontolnya. Aku menggigit bibir. Dia melepaskan jemari tangannya dari bibir memekku dan plekk… bibir memekku langsung menjepit nikmat kepala kontolnya.
“Tahan sayang…” bisiknya bernafsu.
Aku hanya mengangguk pelan, mata lalu kupejamkan rapat-rapat dan kedua tanganku kembali memegangi kain sprei. Dia agak membungkukkan badannya ke depan agar pantatnya bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah. Dia memajukan pinggulnya dan akhirnya kepala kontolnya mulai tenggelam di dalam liang memekku. Dia kembali menekan, dan aku mulai menjerit kesakitan. Dia tak peduli, mili demi mili kontolnya secara pasti terus melesak ke dalam liang memekku dan tiba-tiba setelah masuk sekitar 4 centi seperti ada selaput lunak yang menghalangi kepala kontolnya untuk terus masuk, dia terus menekan dan aku melengking keras sekali lalu menangis terisak-isak. selaput daraku robek.
Dia terus menekan kontolnya, ngotot terus memaksa memasuki liang memekku yang luar biasa sempit itu. Dia memegang pinggulku, dan ditariknya kearahnya kontolnya masuk makin ke dalam, Aku terus menangis terisak-isak kesakitan, sementara dia sendiri malah merem melek keenakan. Dan dia menghentak keras ke bawah, dengan cepat kontolnya mendesak masuk liang memekku. dia mengerang nikmat. Dihentakkan lagi pantatnya ke bawah dan akhirnya kontolnya secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir memekku. dia berteriak keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan jepitan ketat memekku yang luar biasa.
Sementara aku hanya memekik kecil lalu memandangnya sayu.
“Dian… aku sudah nggak perawan lagi sekarang”, bisikku lirih.
Kami sama-sama tersenyum.
Direbahkannya badannya di atas tubuhku yang telanjang, aku memeluknya penuh kasih sayang, toketku kembali menekan dadanya. Memekku menjepit meremas kuat kontolnya yang sudah amblas semuanya. Kami saling berpandangan mesra,dia mengusap mesra wajahku yang masih menahan sakit menerima tusukan kontolnya.
“Dian… bagaimana rasanya”, bisikku mulai mesra kembali, walaupun sesekali kadang aku menggigit bibir menahan sakit. “Enaak sayang.. dan nikmaat… oouhh aku nggak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata sayang… selangit pokoknya”, bisiknya.
“Dian, bagaimana kalau aku sampai hamil?” bisikku sambil tetap tersenyum.”Oke…nanti setelah ngentot kita cari obat di apotik, obat anti hamil”, bisiknya gemas.
“Iihh… nakal…” sahutku sambil kembali mencubit pipinya.
“Biariin…”
“Maasss…” aku agak berteriak.
“Apaan sih…” tanyanya kaget.
Lalu sambil agak bersemu merah dipipi aku berkata lirih.
“dienjot dong…” bisikku hampir tak terdengar.
“Iiih kamu kebanyakan nonton film porno, kan memeknya masih sakiit”, jawabnya.
“Pokoknya, dienjot dong Dian…” sahutku manja.
Dia mencium bibirku dengan bernafsu, dan akupun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali, lalu sambil tetap begitu dia mulai menggoyang pinggul naik turun. kontolnya mulai menggesek liang memekku dengan kasar, pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kontolnya yang tegang. Aku memeluk punggungnya dengan kuat, ujung jemari tanganku menekan punggungnya dengan keras. Kukuku terasa menembus kulitnya. Tapi dia tak peduli, dia sedang menikmati tubuhku. Aku merintih dan memekik kesakitan dalam cumbuannya.
Beberapa kali aku sempat menggigit bibirnya, namun itupun dia tak peduli. Dia hanya merasakan betapa liang memekku yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat kontolnya. Ketika ditarik keluar terasa daging memekku seolah mencengkeram kuat kontolnya, sehingga terasa ikut keluar. Aku melepaskan ciumannya dan mencubit pinggangnya.
“Awww… aduuh Dian… sakit … . ngilu Dian” aku berteriak kesakitan.
“Maaf sayang… aku mainnya kasar yaah? aku nggak tahan lagi sayang aahhgghghh”, bisiknya.
“pejuku mau keluar, desahnya sambil menyemprotkan peju yang banyak di liang memekku.
Kami pun berpelukan puas atas kejadian tersebut. Dan tanpa terasa kami ketiduran sambil berpelukan telanjang bulat karena kecapaian dalam permainan tadi.
Kami tidur dua jam lamanya lalu kami berdua mandi bersama. Di dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman. Dia minta aku jongkok. Dia mengajariku untuk menjilati serta mengulum kontolnya yang sudah tegak berdiri. Kontolnya kukulum sambil mengocoknya pelan-pelan naik turun.
“Enak banget yang, kamu cepet ya belajarnya. Terus diemut yang”, erangnya.
Kemudian giliran dia, aku disuruhnya berdiri sambil kaki satunya ditumpangkan di bibir bathtub agar siap mendapat serangan oralnya. Dia menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari kesana kemari pada itilku sehingga aku mengerang sambil memegang kepalanya untuk menenggelamkannya lebih dalam ke memekku. Dia tahu apa yang kumau, lalu dijulurkannya lidahnya lebih dalam ke memekku sambil mengorek-korek itilku dengan jari manisnya. Semakin hebat rangsangan yang aku rasakan sampai aku nyampe, dengan derasnya lendirku keluar tanpa bisa dibendung. Dia menjilati dan menelan semua lendirku itu tanpa merasa jijik.
“Dian, nikmat banget deh, aku sampe lemes”, kataku.
“Ya udah kamu istirahat aja, aku mau ngangetin makanan dulu ya”, katanya. .
Aku berbaring di ranjang, ngantuk sampe ketiduran lagi.
DIa membangunkanku dan mengajakku makan nasi padang yang sudah disiapkannya.
“Maya, malem ini kita tidur disini aja ya, aku masih pengen ngerasain peretnya memekmu lagi. Kamu mau kan kita ngen tot lagi”, katanya sambil membelai pipiku.
“Aku nurut aja apa yang Dian mau, aku kan udah punyanya Dian”, jawabku pasrah.
Sehabis makan langsung Aku dibawanya lagi keranjang, dan direbahkan. Kami langsung berpagutan lagi, aku sangat bernapsu meladeni ciumannya. Dia mencium bibirku, kemudian lidahnya menjalar menuju ke toketku dan dikulumnya pentilku. Terus menuju keperut dan dia menjilati pusarku hingga aku menggelepar menerima rangsangan itu yang terasa nikmat.
“Dian enak sekali..” nafasku terengah2.
Lumatannya terus dilanjutkannya pada itilku. Itilku dijilatinya, dikulum2, sehingga aku semakin terangsang hebat. Pantatku kuangkat supaya lebih dekat lagi kemulutnya. Diapun merespons hal itu dengan memainkan lidahnya ke dalam memekku yang sudah dibukanya sedikit dengan jari. Ketika responsku sudah hampir mencapai puncak, dia menghentikannya. Dia ganti dengan posisi 6. Dia telentang dan minta aku telungkup diatas tubuhnya tapi kepalaku ke arah kontolnya. Dia minta aku untuk kembali menjilati kepala kontolnya lalu mengulum kontolnya keluar masuk mulutku dari atas.
Setelah aku lancar melakukannya, dia menjilati memek dan itilku lagi dari bawah. Selang beberapa lama kami melakukan pemanasan maka dia berinisiatif untuk menancapkan kontolnya di memekku.
Aku ditelentangkannya, pahaku dikangkangkannya, pantatku diganjal dengan bantal.
“buat apa Dian, kok diganjel bantal segala”, tanyaku.
“biar masuknya dalem banget yang, nanti kamu juga ngerasa enaknya”, jawabnya sambil menelungkup diatasku.
Kontolnya digesek2kan di memekku yang sudah banyak lendirnya lagi karena itilku dijilati barusan.
“Ayo Dian cepat, aku sudah tidak tahan lagi” pintaku dengan bernafsu.
“Wah kamu sudah napsu ya Maya, aku suka kalo kita ngen tot setelah kamu napsu banget sehingga gak sakit ketika kontolku masuk ke memek kamu”, jawabnya.
Dengan pelan tapi pasti dia masukan kontolnya ke memekku.
“Pelan2 ya Dian, biar gak sakit”, lenguhku sambil merasakan kontolnya yang besar menerobos memekku yang masih sempit.
Dia terus menekan2 kontolnya dengan pelan sehingga akhirnya masuk semua. Lalu dia tarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai mendalam, terasa kontolnya nancep dalem sekali.
“Dian enjot yang cepat, Dian, aku udah mau nyampe ach.. Uch.. Enak Dian, lebih enak katimbang dijilat Dian tadi”, lenguhku.
“Aku juga mau keluar, yang”, jawabnya.
Dengan hitungan detik kami berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan, terasa memekku berkedutan meremes2 kontolnya. Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga.
Sudah satu jam kami beristirahat, lalu dia minta aku mengemut kontolnya lagi.
“Aku belum puas yang, mau lagi, boleh kan?” yanyanya.
“Boleh Dian, aku juga pengen ngerasain lagi nyampe seperti tadi”, jawabku sambil mulai menjilati kepala kontolnya yang langsung ngaceng dengan kerasnya.
Kemudian kepalaku mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya dimulutku. Dia mengerang kenikmatan,
“Enak banget Maya emutanmu. Tadi memekmu juga ngempot kontolku ketika kamu nyampe. Nikmat banget deh malam ini, boleh diulang ya sayang kapan2?. Aku diam tidak menjawab karena ada kontolnya dalam mulutku.
“Maya, aku udah mau ngecret nih, aku masukkin lagi ya ke memek kamu”, katanya sambil minta aku nungging.
“MAu ngapain Dian, kok aku disuru nungging segala”, jawabku tidak mengerti.
“udah kamu nungging aja, Dian mau ngen totin kamu dari belakang”, jawabnya.
Sambil nungging aku bertanya lagi,
“Mau dimasukkin di pantat ya Dian, aku gak mau ah”.
“Ya gak lah yang, ngapain di pantat, di memek kamu udah nikmat banget kok”, jawabnya.
dengan pelan diumasukkannya kontolnya ke memekku, ditekan2nya sampe amblas semua, terasa kontolnya masuk dalem sekali, seperti tadi ketika pantatku diganjel bantal. Kontolnya mulai dikeluarmasukkan dengan irama lembut. Tanpa sadar aku mengikuti iramanya dengan menggoyangkan pantatku. Tangan kirinya menjalar ke toketku dan diremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan semakin cepat. Aku mulai merasakan nikmatnya dien tot, sakit sudah tidak terasa lagi.
“Dian, aku udah ngerasa enaknya dien tot, terus yang cepet ngenjotnya Dian, rasanya aku udah mau nyampe lagi”, erangku.
Dia tidak menjawab, enjotan kontolnya makin lama makin cepet dan keras, nikmat banget deh rasanya. Akhirnya dengan satu enjotan yang keras dia melenguh,
“Maya aku ngecret, aah”, erangnya.
“Dian, aku nyampe juga Dian, ssh”, bersamaan dengan ngecretnya pejunya aku juga nyampe.Kembali aku terkapar kelelahan.
Ketika aku terbangun, hari udah terang. Aku nggeletak telanjang bulat di ranjang dengan Satu kaki terbujur lurus dan yang sebelah lagi menekuk setengah terbuka mengangkang. Dia yang sudah bangun lebih dulu, menaiki ranjang dan menjatuhkan dadanya diantara kedua belah paha ku. Lalu dengan gemas, diciumnya pusarku.
” Dian, geli!” aku menggeliat manja.
Dia tersenyum sambil terus saja menciumi pusarku berulang2 hingga aku menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan ke2 siku dan lututnya ia merangkak sehingga wajahnya terbenam diantara ke2 toketku. Lidahnya sedikut menjulur ketika dia mengecup pentilku sebelah kiri, kemudian pindah ke pentil kanan. Diulangnya beberapa kali, kemudian dia berhenti melakukan jilatannya. Tangan kirinya bergerak keatas sambil meremes dengan lembut toketku. Remasannya membuat pentilku makin mengeras, dengan cepat dikecupnya pentilku dan dikulum2nyasambil mengusap punggungku dengan tangan kanannya.
“Kamu cantik sekali,” katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Aku hanya tersenyum, aku senang mendengar pujiannya. Kurangkul lehernya, kemudian kucium bibirnya. Lidahnya yang nyelip masuk mulutku kuhisap2. Aku segera meraba kontolnya lagi, kugenggam dan kugesek2kan ke memekku yang mulai berlendir. Lendir memekku melumuri kepala kontolnya, kontolnya menjadi makin keras. Urat2 berwarna hijau di kulit batang kontolnya makin membengkak. Dia menekan pinggulnya sehingga kepala kontolnya nyelip di bibir memekku. Terasa bibir memekku menjepit kontolnya yang besar itu.
Dia menciumi leherku, dadanya direndahkan sehingga menekan toketku.
“Oh…Dian”, lenguhku ketika ia menciumi telingaku.
“Kakimu dibelitkan di pinggangku Maya”, pintanya sambil terus mencium bibirku.
Tangan kirinya terus meremas toketku sedang tangan satunya mengelus pahaku yang sudah kulingkarkan di pinggangnya. Lalu dia mendorong kontolnya lebih dalam. Sesak rasanya memekku. Pelan2 dia menarik sedikit kontolnya, kemudian didorongnya. Hal ini dia lakukan beberapa kali sehingga lendir memekku makin banyak keluarnya, mengolesi kepala kontolnya. Sambil menghembuskan napas, dia menekan lagi kontolnya masuk lebih dalam. Dia menahan gerakan pinggulnya ketika melihat aku meringis.
“Sakit yang”, tanyanya.
“Tahan sedikit ya”. Dia kembali menarik kontolnya hingga tinggal kepalanya yang terselip di bibir luar memekku, lalu didorongnya kembali pelan2.
Dia terus mengamati wajahku, aku setengah memejamkan mata tapi sudah tidak merasa sakit.
“Maya, nanti dorong pinggul kamu keatas ya”, katanya sambil menarik kembali kontolnya.
Dia mencium bibirku dengan lahap dan mendorong kontolnya masuk kontolnya. Pentilku diremesnya dengan jempol dan telunjuknya. Aku tersentak karena enjotan kontolnya dan secara reflex aku mendorong pinggulku ke atas sehingga kontolnya nancap lebih dalam. Aku menghisap lidahnya yang dijulurkan masuk ke mulutku.
Sementara itu dia terus menekan kontolnya masuk lebih dalam lagi. Dia menahan gerakan pinggulnya, rambutku dibelai2nya dan terus mengecup bibirku. Kontolnya kembali ditariknya keluar lagi dan dibenamkan lagi pelan2, begitu dilakukannya beberapa kali sehingga seluruh kontolnya sudah nancap di memekku. Aku merangkul lehernya dan kakiku makin erat membelit pinggangnya.
”Akh Dian”, lenguhku ketika terasa kontolnya sudah masuk semua, terasa memekku berdenyut meremes2 kontolnya.
“Masih sakit Maya”, tanyanya.
“Enak Dian”, jawabku sambil mencakari punggungnya, terasa biji pelernya memukul2 pantatku.
Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku. Entah bagaimana dia mengenjotkan kontolnya, itilku tergesek kontolnya ketika dia mengenjotkan kontolnya masuk. Aku menjadi terengah2 karena nikmatnya. Dia juga mendesah setiap kali mendorong kontolnya masuk semua,
“Maya, memekmu peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget sayang ngentot dengan kamu”.Tangannya menyusup ke punggungku sambil terus mengenjotkan kontolnya. Terasa bibir memekku ikut terbenam setiap kali kontolnya dienjot masuk.
“Dian”, erangku. Terdengar bunyi “plak” setiap kali dia menghunjamkan kontolnya.
Bunyi itu berasal dari beradunya pangkal pahanya dengan pangkal pahaku karena aku mengangkat pinggulku setiap dia mengenjot kontolnya masuk.
“Maya, aku udah mau ngecrot”, erangnya lagi.
Dia menghunjamkan kontolnya dalam2 di memekku dan terasalah pejunya nyembur2 di dalam memekku. Bersamaan dengan itu, “Dian, aku nyampe juga Dian”, aku mengejang karena ikutan nyampe. Nikmat banget bersama dia, walaupun perawanku hilang aku tidak nyesel karena ternyata dien tot itu mendatangkan

Untuk Film Selengkapnya Klik Gambar Dibawah Ini :



Directed By :  www.289bet.com